Ahmad Al Assir, ulama takfiri-wahabi-salafi itu boleh saja masih hidup dan bersembunyi di kolong meja dalam pakaian wanita demi menghindari kejaran aparat keamanan Lebanon, namun pengaruhnya di kota Sidon dan di seluruh Lebanon, bahkan mungkin di antara para pengikut takfirisme (gerakan orang-orang yang suka mengkafirkan) sudah mati. Gambar-gambarnya yang dulu bertebaran di berbagai sudut kota Sidon kini tidak ada lagi. Para pengikutnya di Sidon telah mencukur jenggotnya dan para wanitanya membuka cadarnya, takut dan malu dicurigai sebagai pengikut Al Saffir.
Padahal dulu para pengikut Al Assir itu bagaikan para penguasa jalanan. Setiap saat menembakkan senjata ke udara dan berteriak-teriak "Allahu Akbar!", aksi yang dilarang oleh para pemimpin Hizbollah dan dipatuhi para milisinya, karena tidak menunjukkan apapun kecuali kekerdilan jiwa.
Demikian juga pengaruhnya di Majid Bilal bin Rabah, Sidon, masjid yang selama ini diklaimnya sebagai masjid dimana ia menjadi imamnya. (Sebelumnya ia telah mencoba merebut masjid-masjid lainnya di Sidon namun mendapat perlawanan para Imam). Olehnya masjid tersebut telah diubah menjadi benteng pertempuran yang kuat dimana ia dan ratusan pengikutnya dengan berbagai persenjataan yang dikirimkan oleh Saudi, Qatar hingga Israel, bisa bertahan dari serangan musuh dan melanjutkan misi mengobok-obok Lebanon sehingga menjadi lemah untuk mencegah mereka membantu para pemberontak Syria menumbangkan pemerintahan Bashar al Assad. Kini masjid itu telah kembali kepada "yang berhak".
Tentara Lebanon, yang hanya perlu waktu beberapa jam untuk menembus pertahanan pendukung Al Assir dan menguasainya, akhirnya menyerahkan masjid Bilal kepada Mufti Sidon, Sheikh Salim Sousan, Sabtu (29/6).
Usai meninjau kondisi seluruh Masjid, Sheikh Salim Sousan mengatakan, "Masjid ini akan kembali memainkan perannya dalam melayani umat Islam, kembali menjalankan peran sebagai penjaga kesatuan." Sheikh Salim juga menyebut bahwa imam masjid yang baru adalah Sheikh Mohammad Abu Zeid.
“Tentara dan seluruh pejabat kota akan bekerjasama untuk memulihkan aturan dan kehidupan normal di Sidon. Kami menentang senjata-senjata ilegal dan mendukung tentara. Kami menghendaki masyarakat yang taat hukum dan aturan,” tambah Mufti Sheikh Salim.
“Israel adalah musuh kita satu-satunya,” kata sang Mufti lagi.
Dalam konteks yang sama Jaksa Militer Saqr Saqr melakukan kunjungan ke kantor inteligen dalam kapasitasnya sebagai jaksa penyidik. Kepada wartawan ia menyebutkan bahwa dari lebih 100 pendukung Al Assir yang tertangkap (belasan lainnya tewas dalam pertempuran melawan tentara), sebanyak 39 orang masih menjalani penahanan untuk dimintai keterangannya tentang peristiwa kerusuhan bersenjata yang dipicu oleh Al Assir.
Sumber: almanar.com.lb
No comments:
Post a Comment