Saturday 13 July 2013

FAKTOR SYRIA DALAM KUDETA MESIR (2)

Di negara seperti Mesir sekarang ini, satu kudeta militer tidak bisa dianggap sebagai hal yang "sepele". Kudeta yang terjadi tentu disebabkan oleh hal-hal yang prinsipil, dan dalam hal ini militer Mesir telah melakukan tindakan pencegahan "penghancuran" negara yang dilakukan Moersi dan orang-orang di sekelilingnya.

Mesir adalah negara pluralis, religius sekaligus nasionalis dan liberal. Ketika Moersi menggiring Mesir menjadi negara "Islam fundamentalis", hal itu seperti menggergaji pohon di pangkalnya.

Para oposan Moersi sebenarnya telah cukup bersabar dengan mengajak berdialog Moersi tentang pembagian kekuasaan dan bentuk negara yang ideal bagi Mesir yang melingkupi semua etnis dan golongan. Namun, sebagaimana dituturkan oleh Abdurrahman al Qardhawi dalam suratnya kepada sang ayah, Yusuf Qardhawi, Moersi yang merasa kuat dengan Ikhwanul Musliminnya, menganggap enteng aspirasi oposisi dan dengan gampang mengabaikan suara-suara mereka. Namun yang membuat militer melakukan kudeta adalah ketika Moersi mulai menyerukan retorika "perang" terhadap Ethiopia dan Syria dan memicu perselisihan Sunni-Shiah.

Salah satu oposisi, Gerakan 6 April (Democratic Front) menganggap Moersi sebagai "boneka" kampanye Amerika atas Syria. Dalam salah satu pernyataannya kelompok ini menyebutkan:

"Keputusan membuka pintu jihad ke Syria datang dari para sheikh salafi dukungan Amerika."

Sementara Gerakan Tamarod (organiser petisi anti-Moersi yang pada tgl 30 Juni berhasil menggalang 22 juta tandatangan dan menjadi pintu bagi kudeta militer, digerakkan oleh para pemuda) menuduh Moersi, "pidato-pidato Moersi membuka fakta bahwa masalah Syria telah diserahkan dari Qatar ke Saudi dan Mesir dan bahwa Moersi menjawab semua instruksi Amerika."

Bukannya merangkul oposisi dari kalangan nasionalis, sosialis maupun liberal, Moersi justru menabuh genderang perang terhadap mereka dengan merangkul kelompok-kelompok ekstremis Islam. Rapat besar tgl 15 Juni yang dihadiri Moersi didukung oleh kelompok-kelompok salafi dan Ikhwanul Muslimin sendiri. Pendukung lainnya adalah kelompok Gerakan Gama Islamiya.

Di antara tindakan provokatif Moersi adalah mengangkat seorang "mantan teroris" yang bertanggungjawab atas serangan obyek wisata, menjadi gubernur wilayah yang menjadi daerah kunjungan wisata utama, yaitu Luxor. Pada tahun 1997 sebuah serangan teroris membunuh hampir 70 wisatawan asing, dalam satu kampanya ekstremis Islam untuk mencegah "orang-orang kafir" berdatangan ke Mesir. Serangan dilakukan oleh kelompok Gama Islamiya, dan Khayat, aktifis kelompok ini justru diangkat menjadi Gubernur Luxor oleh Moersi.


Kepanikan zionis paska kejatuhan Qusayr

Kejatuhan al Qusayr ke tangan pemerintah Syria tgl 5 Juni lalu membuat para zionis internasional dan antek-anteknya bagaikan kebakaran jenggot. Mereka semua, termasuk PM Inggris David Cameron dan menlunya Hague, Presiden Perancis Hollande dan menlunya Fabius, PM Israel Nethanyahu, menlu Amerika John Kerry langsung bereaksi keras dengan retorika-retorika perangnya.

Pada tgl 12 Juni John Kerry di hadapan rapat White House Principals’ Committee menginginkan Amerika mulai melakukan serangan udara terhadap Syria. Namun sikap realistis para jendral Amerika, termasuk panglima AB Jendral Martin Dempsey, membuat keinginan itu gagal dilakukan dan hanya diganti dengan pemberian bantuan senjat kepada para pemberontak, yang realisasinya masih belum jelas hingga sekarang. Upaya-upaya juga dilakukan untuk membuat Erdogan mengirim tentaranya ke Syria, namun aksi-aksi demo besar-besaran yang melanda Turki membuat Erdogan membuang jauh-jauh ide tersebut.

Namun dengan semua kegagalan itu bahaya adanya satu operasi "false flag" untuk memicu perang, justru semakin menguat. Dengan operasi inteligen itu, kesalahan akan ditimpakan kepada Syria, Hizbollah atau Iran, dan menjadi alasan bagi zionis internasional melakukan serangan.

Militer Mesir, seseuai dengan tradisinya, selalu enggan untuk terlibat dalam konflik di luar negeri. Itulah sebabnya mereka menolak permintaan Amerika untuk mengirim pasukannya ke Afghanistan dan Irak. Namun tiba-tiba saja Moersi mewacanakan operasi militer ke Ethiopia setelah pemerintah Ethiopia mengumumkan rencana pembangunan bendungan Sungai Nil Biru yang dianggap mengamcam suplai air bersih dari Sungai Nil ke Mesir.

Dalam satu rapat keamanan tgl 2 Juni muncul rencana untuk menyabotase proyek pembangunan tersebut yang diikuti dengan serangan udara. Bahkan ketika rencana tersebut bocor ke publik dan muncul suara-suara menentang, Moersi justru mengatakan bahwa "semua pilihan bisa dilakukan."



REF:
"Morsi ousted to stop plan for sending Egypt military to attack Syria’s Assad"; Webster G. Tarpley, Press TV; 9 Juli 2013

No comments: