Wednesday, 24 July 2013

PILIHAN RASIONAL YAHUDI ISRAEL: KEMBALI KE KHAZARIA ATAU HIDUP DAMAI

Dalam kitab Sahifah, Imam Zain al Abidin as-Sajjad (cicit Rosulullah, kesejahteraan untuknya) menyebutkan orang-orang Khazar sebagai musuh Islam di perbatasan. Kini bukti-bukti telah menunjukkan bahwa orang-orang yahudi Eropa, yang merupakan "ibu kandung" negara Israel, berasal dari Khazaria, satu wilayah yang terletak di sekitar Georgia di utara Laut Kaspia yang penduduknya memiliki darah campuran antara etnis Turki dan Mongolia.

Menurut Dr. Eran Elhaik, ahli genetika penduduk pada School of Public Health of Johns Hopkins University, "genome" dari orang-orang yahudi Eropa berasal dari Khazar. Pada sekitar tahun 740 masehi, raja Khazaria yang bernama Bulan berpindah keyakinan menjadi pemeluk agama yahudi dan sejak itu seluruh rakyat Khazaria menjadi penganut yahudi.

Dr. Elhaik menulis: “Pada akhir kekuasaan kerajaan (abad 13) sebagian besar penduduk yahudi-Khazaria berpindah ke Eropa Timur dan Tengah dan berasimilasi dengan penduduk asli."

Orang-orang yahudi Khazaria inilah yang kemudian dikenal sebagai yahudi ashkenazi, sebagai pembeda dengan beberapa sub-etnis yahudi lainnya seperti sephardin yang berasal dari Spanyol dan Eropa barat, marrano dari Italia, atau mizrahi yang berasal dari Arab, dan maghrebi yang berasal dari Afrika Utara. Selain itu masih ada sub-etnis yahudi lainnya yang berasal dari Ethiopia dan berkulit hitam yang disebut falasha.

Antara orang-orang yahudi ashknazi dan sephardin pernah terjadi persaingan sengit memperebutkan pengaruh dunia hingga memicu terjadinya berbagai peristiwa besar seperti Perang Krim, Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Yahudi sephardin merupakan campuran antara orang-orang yahudi dengan bangsawan Eropa Barat yang memiliki pengaruh kuat terutama di Inggris dan Perancis, sementara yahudi ashkenazi berpengaruh di Jerman. Untuk selengkapnya silakan baca di sini.

Sebagian besar warga Israel merupakan yahudi askhenazi berdarah khazaria, yang secara genetis dan historis telah menyimpang jauh dari yahudi asli keturunan Ibrahim. Menurut sebuah penelitian seorang ahli gineolog Israel, warga Palestina justru lebih dekat secara genetis dengan yahudi asli keturunan Ibrahim. Ada kemungkinan mereka adalah penduduk asli yahudi yang tidak melakukan diaspora paska penghancuran Kuil Solomon dan kota Jerussalem oleh pasukan Romawi tahun 70 masehi. Setelah pasukan Islam menduduki Palestina semasa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab, mereka pun masuk Islam beramai-ramai setelah melihat bahwa Islam dan Nabi Muhammad S.A.W adalah agama dan nabi penutup jaman yang sesuai dengan nubuwat dalam kitab Perjanjian Lama.

Sebagian besar orang Israel menganggap warga muslim tidak tidak menginginkan  hidup damai dengan orang-orang yahudi. Anggapan ini keliru besar. Orang-orang Arab dan Palestina telah ratusan tahun menjalin hubungan erat dengan orang-orang yahudi. Namun mereka menganggap jika harus ada negara bagi orang-orang yahudi, tempatnya bukan di Palestina.

Warga Palestina siap hidup damai dengan orang-orang yahudi di Palestina sepanjang mereka memiliki hak-hak yang sama termasuk hak memilih yang saat ini tidak terdapat di Israel.

Semua orang berbicara tentang "solusi dua negara" untuk Palestina, namun "solusi satu negara" mungkin lebih baik dimana semua warga negara, baik Muslim, Kristen ataupun yahudi, memiliki hak-hak yang sama dalam semua bidang. Selain itu semua warga Palestina yang hidup dalam pengasingan ataupun di kamp-kamp pengungsi harus diberikan hak untuk kembali ke tanah airnya. Namun orang-orang yahudi tidak menginginkan hal itu, karena dalam negara baru tersebut mereka bakal menjadi minoritas.

Saat ini ada sekitar 2,6 juta warga Palestina di Tepi Barat, 1,7 juta di Gaza dan 1,6 juta warga yang tinggal di al-Quds Timur (Jerusalem) serta di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki Israel sebelum tahun 1967. Secara keseluruhan terdapat 5,9 juta warga Palestina di wilayah Palestina (di dalamnya termasuk Israel dan wilayah yang didudukinya seperti Golan Syria dan Sheba Lebanon). Di wilayah yang sama terdapat 6.054.700 juta warga yahudi Israel (sensus terakhir). Selain itu terdapat juga 318.200 penduduk non-Palestina dan non-Israel.

Jadi di seluruh wilayah Palestina termasuk Israel dan wilayah pendudukannya, terdapat 12,3 juta penduduk dengan prosentase 49,09% yahudi, 48,33% Palestina dan 2,58% selain yahudi dan Palestina. Menurut perkiraan berdasarkan tingkat pertumbuhan beberapa tahun terakhir, pada akhir tahun 2014 mendatang jumlah penduduk Palestina akan melampaui penduduk yahudi.

Namun jika para pengungsi Palestina kembali, jumlah penduduknya menjadi 18.135.000 dengan komposisi 64,86% Palestina, 33,39% yahudi dan 1,75% non-Palestina dan non-yahudi. Dengan sistem pemilihan yang proporsional, jumlah tersebut akan terwakili dalam komposisi parlemen dan pemerintahan.

Namun orang-orang yahudi tidak perlu khawatir jika harus hidup di bawah pemerintahan Palestina. Mereka sudah pernah hidup berdampingan dengan damai selama berabad-abad. Islam sebagai "agama sejahtera" (berasal dari kata salam) menjamin hak-hak hidup orang yahudi yang disebut sebagai "kaum pemilik kitab suci".

Antara tahun 1490, 1492 dan 1506, dalam berbagai kesempatan Sultan Bayezid II dari kesultanan Turki Ottoman mengirimkan armada di bawah komando Kemal Reis ke  Andalusia di Spanyol untuk menyelamatkan orang-orang yahudi sephardic dari inkuisisi Spanyol dan memindahkan mereka ke wilayah Ottoman.

Dalam "Dekrit Alhambra" yang diterbitkan tgl 31 Maret oleh Ratu Isabella I dari Castilia dan Raja Ferdinand II dari Aragon terdapat perintah pengusiran terhadap orang-orang yahudi dari Spanyol sejak tgl 31 Juli 1492. Sebagai jawaban atas hal itu Sultan Bayezid II mengeluarkan perintah untuk menerima orang-orang yahudi Spanyol sebagai warga kesultanan.

(Bersambung)


REF:
"Live in peace or go back to Khazaria"; Hamid Golpira; Press TV; 19 Juli 2013

No comments: