Monday, 22 July 2013

ULAMA SENIOR IRAN KECAM MOERSI

Saya (blogger) sebenarnya agak kurang nyaman dengan sikap resmi pemerintah dan media-media Iran yang cenderung pro-Moersi, padahal Moersi telah melakukan hal yang sangat tidak simpatik dengan menyerukan permusuhan antar kelompok Islam khususnya antara kaum Sunni dengan Shiah serta sikapnya yang tidak berubah terhadap konflik Palestina-Israel. Sampai saat ini saya masih tidak mengerti alasan tersebut dan hanya menduga bahwa hal itu dikarenakan selama berkuasa sikap resmi Moersi adalah sangat baik terhadap Iran. Sikap simpatik atas Moersi itu-lah yang menjadi salah satu alasan aparat keamanan Mesir menyerbu satu kantor televisi Iran di Mesir baru-baru ini.

Namun setidaknya saya cukup puas dengan adanya suara negatif yang diungkapkan seorang ulama senior Iran terhadap Moersi. Setidaknya hal itu menjadi pengingat bagi para penguasa Islam bahwa masih ada masalah mendasar yang dihadapi umat Islam se-dunia, yaitu Palestina.

"Moersi membantu Israel, menutup jalur yang menghubungkan Gaza dengan Sinai, menutup terowongan-terowongan penyuplai ke Gaza, mengakui perdamaian Camp David (dengan Israel), meneruskan suplai gas ke Israel, dan mempertahankan hubungan dekat dengan Israel," demikian kata Ayatollah Ahmad Jannati ulama terkemuka kota Teheran, dalam khotbah Jum'at (19/7).

Kebijakan Moersi tersebut, menurut Jannati telah menimbulkan ketidak puasan sebagian besar rakyat Mesir yang berujung pada penggulingan pemerintahan Moersi tgl 3 Juli lalu yang diikuti dengan ketidak stabilan sosial-politik di Mesir dengan berbagai aksi unjuk rasa berdarah yang dilakukan pada pendukung dan anti-Moersi.

"Situasi di Mesir sangat tidak mengenakkan. Kami berharap bahwa revolusi akan menghasilkan kebaikan bagi umat Islam, pemerintahan yang anti-Amerika akan terbentuk..... namun ternyata keliru," tambah Ayatollah Jannati.

Untuk mengakhiri ketidak-stabilan itu Ayatollah Janati menganjurkan agar pihak-pihak yang bertikai di Mesir untuk saling menyadari bahwa permasalahan dasar yang dihadapi rakyat Mesir adalah pemerintahan yang tidak aspiratif terhadap suara rakyat. Selanjutnya rakyat Mesir harus membentuk pemerintahan yang anti-Amerika.

Kembali ke belakang, pada awal tahun 2011 lalu rakyat Mesir berhasil melakukan revolusi terhadap regim Hoesni Mubarak yang pro-Amerika/Israel. Kala itu bisa dikatakan kelompok Ikhwanul Muslimin tidak melakukan peran apapun dan revolusi dimotori para pemuda dan tokoh-tokoh liberal. Namun setelah berhasil menjadi penguasa, pemerintahan Ikhwanul Muslimin yang dipimpin Presiden Moersi justru mempertahankan kebijakan pro-Amerika/Israel dan mengesampingkan peran dan aspirasi pihak-pihak oposisi. Hal itulah yang menjadi pemicu munculnya gerakan penggulingan terhadap Moersi yang didukung militer.

PEMULIHAN HUBUNGAN DGN SYRIA, PUKULAN TELAK BAGI PEMBERONTAK

Sementara itu hubungan diplomatik antara Mesir dengan Syria yang diputuskan secara sepihak oleh Moersi pada Juni lalu kemungkinan akan segera dipulihkan kembali oleh pemerintahan sementara Mesir. Demikian dikatakan oleh menlu Mesir Nabil Fahmy baru-baru ini.

"Kebijakan untuk memutuskan secara penuh hubungan diplomatik dengan Syria akan dievaluasi kembali," kata Fahmy dalama jumpa pers yang digelar di Kairo, hari Sabtu (20/7).

Ia menambahkan bahwa situasi dalam negeri Mesir yang sulit telah mendorong pemerintah Mesir untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara tetangga, termasuk negar-negara internasional yang berpengaruh.

"Hubungan kami adalah antar negara dan rakyat, bukan dengan pemerintah ataupun partai," tambahnya seraya menambahkan bahwa Mesir tidak pernah mengingatkan terlibat dalam "perang jihad" melawan Syria sebagaimana pernah diserukan Moersi.

Tentang konflik di Syria, Fahmy menyatakan bahwa penyelesaian politik merupakan jalan keluar terbaik untuk menghakhiri konflik di Syria yang telah berlangsung lebih dari 2 tahun.

"Solusi politik akan menjaga kedaulatan Syria," kata Fahmy.

Tumbangnya Moersi dari kekuasaan menjadi pukulan keras bagi pemberontakan di Syria. Menurut Jason Ditz dalam artikelnya di situs online Antiwar.com tgl 5 Juli lalu, turunnya Moersi merupakan "kemunduran signifikan bagi pemberontak, meski tidak terjadi di medan perang" dan pemberontak kini "berada dalam situasi yang paling sulit sepanjang konflik".



REF:
"Senior cleric urges unity among conflicting sides in Egypt"; Press TV; 19 Juli 2013
"Egypt to reevaluate relations with Syria: Interim foreign minister"; Press TV; 20 Juli 2013
"Morsi ouster, major setback for Syria militants: Analyst"; Press TV; 7 Juli 2013

2 comments:

Pencinta Ahlul Bait said...

pemerintah iran saya yakin cukup flexibel bukan berarti munafik kalau terjadi konfrontasi dengan mursi tentu dampaknya terjadi fitnah sektarian suni dan shiah yg jelas mursi dianggap dunia islam mewakili sunni .iran berusaha menghormati mursi dan melibatkan mursi penyelesaian masalah syiria.namun mursi bersifat munafik tentu rakyat mesirlah yg menilai dengan iran iya dng amerika dan israil juga iya tentu bagi rakyat mesir yng masih hangat dng semangat heroik eforia revolusi hal ini sangat bertentangan dengan semangat revolusi .dan inilah yng dimainkan iran bukan politik namun siyasah dengan semangat ke islaman mengajak sesama muslim menyelesaikan konflik berdarah di syiria .mursi bersifat ambigu .karena dia merasa dia naik oleh di pilih rakyat mesir tapi....tidak semua rakyat mesir ikhwanul muslimin .tapi sikap mursi telah memecah pendukungnya tentu yang bukan IM menarik dukunganya boleh jadi sebagian dari IM menarik dukunganya tentu militer dan para cendikiawan berapa kuat mursi tahu ini boleh jadi di dalam IM sendiri fanatik sama mursi banyak yg radikal (takfiri) ini yang mau di peralat airdogan dengan ngirim senjata ke Mesir ya katakanlah mau mancing di air keruh .turky belum kena batunya namun rakyat tak bisa di bohongi apalagi kini informasi begitu terbuka siapapun kalau pemimpin munafik rakyat tahu apalagi turky terlalu banyak kartu yg di mainkan sebenarnya ketergantungan turky terhadap iran lebih besar dari pada iran terhadap turky.namun peran iran begitu bersahaja .rakyat turky sendiri menilai kalau pemimpinnya munafik

adjeiz said...

Saya setuju dengan pendapatnya Pencinta Ahlul Bait