Monday, 9 December 2013

BAGAIMANA SETELAH SYAHIDNYA LAQQIS?

Dunia menantikan apa yang akan dilakukan Hizbollah setelah salah seorang komandan terpentingnya, Hassan Hawlo al-Lakiss, tewas dalam aksi penembakan minggu lalu. Namun dari cara bagaimana Hizbollah memperlakukan jenazah pahlawannya yang serba cepat dan terbuka, kita bisa berharap pembalasan Hizbollah akan dilakukan secara cepat dan "terbuka" juga.

Siapa yang berkepentingan dengan pembunuhan Laqqis? Saudi atau mungkin kelompok-kelompok Sunni Lebanon tentu sangat senang dengan pembunuhan Laqqis. Namun mereka tentu saja tidak memiliki kemampuan, apalagi keberanian untuk melakukannya. Hanya Israel yang paling mungkin sebagai pelaku pembunuhan itu, meski menlu Israel telah membantah keterlibatan Israel dalam pembunuhan itu.

Paska "rujuknya" Amerika dengan Iran yang ditandai dengan percakapan telepon Barack Obama dengan Rouhani dan disusul dengan ditanda tanganinya Perjanjian Nuklir Iran oleh Iran dengan negara-negara anggota tetap DK PBB plus Jerman baru-baru ini, para pejabat Israel dan Saudi meningkatkan intensitas pertemuan antar mereka untuk menyatukan "front" dalam menghadapi Iran. Terakhir dikabarkan Saudi dan Israel tengah mendesak Amerika untuk menyetujui rencana baru atas Syria, yaitu offensif militer besar-besaran dengan menggunakan kekuatan Islamic Front, kelompok baru gabungan beberapa kelompok pemberontak yang terdiri dari kelompok-kelompok sekuler Free Syrian Army dengan kelompok pemberontak Islam non-Al Qaida seperti Ikhwanul Muslimin.

Saudi dan Israel meyakinkan Amerika bahwa proyek baru ini hanya membutuhkan dana $6 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan proyek perang Amerika di Irak dan Afghanistan yang mencapai triliunan dollar. Meski belum ada kepastian dukungan Amerika yang telah terikat komitmen dengan Rusia untuk menggelar perundingan Genewa II untuk menyelesaikan konflik Syria, proyek ini telah diperkuat dengan adanya kesepakatan penjualan 16.000 rudal anti-tank Amerika kepada Saudi baru-baru ini. Jika terlaksana, ribuan rudal itu dipastikan akan mengalir ke tangan pemberontak Syria.

Untuk sementara, sembari menunggu kepastian dukungan Amerika, Israel pun memerlukan diri untuk menunjukkan keseriusannya kepada Saudi dan sekutu-sekutu regionalnya, yaitu dengan membunuh Laqqis.

"Kami bersamamu di medan perang, tidak hanya retorika," demikian pesan Israel kepada Saudi melalui pembunuhan itu. Pembunuhan itu sekaligus memberi pesan kepada Amerika bahwa Israel tidak akan pernah bisa menerima adanya perdamaian dengan Iran dan gerakan "Perlawanan". Adapun kepada Hizbollah dan Iran, Israel ingin memberi pesan bahwa mereka masih bisa melakukan "pukulan keras" mesti tanpa didukung Amerika.

Kini kita hanya bisa menunggu, balasan apa yang akan dilakukan Hizbollah. Saya lebih suka Hizbollah membalasnya dengan cara elegan, bukan pengecut seperti dilakukan Israel dan cecere-nya. Misalnya, menyerang pangkalan militer Israel dengan drone siluman buatan Iran.



REF:
"Lebanon: Hezbollah Will Respond to Assassination"; Ibrahim al-Amin; AL-AKHBAR; 5 Desember 2013

2 comments:

anti zionis israel said...

saya etuju sekali apa yang disarankan oleh mas cahyono adi, hizbullah melakukan serangan kejantungnya israel dengan cara mengunakan drone(pesawat tanpa awak) atau dengan segala cara untuk memusnahkan negara zionist israel dari peta dunia. israel takut apabila hizbullah langsung melakukan penyerangan ke kota-kota diisrael. karena israel adalah bangsa PENGECUT.

abu bakar said...

kawan sangat sukar melakukan demikian,pembunuhan Imad Mughniyeh belum terbalas, Hizbullah terpaksa membayar beberapa harga kerana penglibatan di Suria,namun kemenangan beruntun di sfeira, nabuk-mutakhirnya,,memberikan inpsirasi

Menurut Debka kemenangan di wilayah Nabuk adalah kemenangan strategis bagi militer Suriah. Situs berita Israel itu menulis empat keuntungan besar yang diperoleh militer Suriah dari kemenangan di Nabuk:dapat mengubat luka

Pertama, jalan utama Damaskus ke arah kota Latakia dan Tripoli di pantai Laut Mediterania yang melewati kota Homs, saat ini terbuka.

Kedua, jalur pengiriman kebutuhan logistik terakhir pemberontak dari Lebanon tertutup. Oleh karena itu para pemberontak tidak bisa lagi mendatangkan pasukan dan perlengkapan militer dari Lebanon.

Ketiga, jalan utama Damaskus-Beirut dikuasai penuh oleh Hizbullah, Lebanon. Masalah ini mempermudah Hizbullah mengontrol dan menjalin kontak dengan pasukannya di Suriah.

Keempat, dikuasainya Al Qalamoun telah mengakhiri pendudukan dua tahun pemberontak di sekitar wilayah Timur Damaskus.

Debka menambahkan, sekarang ini Bashar Assad, Presiden Suriah telah sampai ke satu level di mana pemberontak tidak mampu lagi menyerang pusat kekuatannya. Kemampuan pemberontak saat ini terbatas pada aksi-aksi teror dan peluncuran roket.