Syria memiliki sahabat-sahabat yang tidak akan membiarkannya jatuh. Demikian tema utama yang bisa disimpulkan dari pidato pemimpin Hizbollah Sayyed Nasrallah melalui televisi Lebanon, Selasa (30/4).
"Syria mempunyai sahabat-sahabat sejati di kawasan dan di dunia, yang tidak akan membiarkannya jatuh ke tangan Amerika, Israel dan kelompok-kelompok takfiri (Al Qaida dan ekstemis wahabi)," kata Nasrallah dalam pidatonya.
Menurut Nasrallah tujuan utama dari pemberontakan di Syria adalah menghancurkan Syria yang berarti juga menghancurkan poros perlawanan anti-Israel yang ditulangpunggungi oleh Iran dan Syria, Hizbollah dan Hamas Palestina.
"Sejak dimulainya krisis di Syria, keputusan militer telah ditetapkan untuk menjungkalkan pemerintah. Upaya itu telah sampai pada tahap pembantaian terhadap warga sipil, seruan intervensi NATO hingga isu senjata kimia. Beberapa "ulama" bahkan mengeluarkan fatwa yang mengijinkan pembunuhan terhadap rakyat sipil (hingga pemerkosaan terhadap wanita-wanita Syria; blogger). Sementara di sisi lainnya dimana kami berada di dalamnya, kami tetap menyerukan penyelesaian politik."
Nasrallah mengingatkan konsekuensi pahit yang timbul dari krisis Syria, terutama isu pembebasan Palestina yang meredup di mata dunia internasional. Selain itu krisis tersebut berpotensi mengganggu kestabilan negara-negara tetangga seperti Lebanon, Irak, Turki dan negara-negara kawasan lainnya.
Nasrallah mengungkapkan kekecewaannya pada pihak-pihak yang mengklaim "prihatin" dengan kondisi di Syria dan tidak ingin masalah Palestina terbengkalai, namun pada dasarnya justru menginginkan kehancuran bagi Syria.
"Mereka yang khawatir terhadap kondisi Syria harus bekerjasama untuk mencapai kesepakatan dan solusi politik atas masalah Syria," tambah Nasrallah.
Selain masalah Syria, Nasrallah dalam pidato politiknya itu juga menyinggung beberapa isu lainnya seperti Israel dan perlawanan Hizbollah atasnya. Menurutnya krisis di Syria, terutama setelah terbukti regim Syria tidak bisa ditumbangkan, telah mengancam terjadinya konflik yang lebih besar. Ia menyinggung tentang mobilisasi tentara Israel di perbatasan Israel Utara. Ia juga menyinggung isu penerobosan pesawat tanpa awak Hizbollah ke wilayah Israel baru-baru ini yang menurutnya bisa menjadi dalih aksi militer Israel dan Amerika. Namun ia menegaskan bahwa Hizbollah dan kelompok perlawanan siap menghadapi setiap serangan Israel.
"Siapa yang menganggap Hizbollah dan kelompok perlawanan sebagai lemah adalah keliru, dan saya mengingatkan pada musuh (Israel) dan pihak-pihak yang berpihak padanya untuk tidak melakukan kesalahan di Lebanon, karena kami telah siaga, siap dan gigih untuk mempertahankan Lebanon. Insya Allah kami akan memenangkan semua peperangan di masa mendatang," kata Nasrallah.
Nasrallah juga mengingatkan kemungkinan terjadinya serangan Israel baru terhadap Palestina berdasar perkembangan terbaru isu Palestina dimana Amerika, Israel dan sekutu-sekutu regionalnya berupaya menetapkan kondisi baru terhadap Palestina.
"Ini cukup mengkhawatirkan karena biasanya satu kondisi baru akan didahului dengan peperangan dalam rangka melemahkan daya juang dan perlawanan rakyat Palestina," tambah Nasrallah.
Di sisi lain Nasrallah juga mengecam pihak-pihak yang membesar-besarkan korban jatuh di pihak Hizbollah terkait dengan krisis Syria yang menurutnya merupakan bentuk perang psikologis terhadap Hizbollah dan kelompok perlawanan. Selama beberapa bulan terakhir Hizbollah terlibat aktif dalam pertempuran di perbatasan Syria-Lebanon untuk melindungi desa-desa berpenduduk Lebanon yang ada di wilayah Syria dari serangan pemberontak.
"Media massa telah "membuka lelang" jumlah martir di pihak Hizbollah, menyebut angkanya mencapai 500 jenasah. Kemarin "Al-Arabiya" mengklaim adanya 30 pejuang Hizbollah yang tewas, media lainnya menglaim adanya kuburan massal syuhada Hizbollah yang dikuburkan secara bertahap dan dengan diam-diam."
Sayyed Nasrallah menyebutkan, "Lebanon adalah negara kecil (penduduknya antara 4-5 juta jiwa; blogger), siapa yang bisa menyembunyikan jumlah martir? Sepanjang perjuangan kami, kami tidak pernah menyembunyikan mayat pejuang-pejuang kami, atau menguburnya dengan diam-diam. Kami selalu menghubungi keluarga suhada, dan kami mengantar jenasahnya hingga ke pemakaman."
"Kami menguburkan suhada-suhada kami secara terbuka. Kami tidak pernah malu dengan adanya pejuang-pejuang kami yang sahid, khususnya mereka yang meninggal dalam beberapa hari terakhir," kata Nasrallah. Ia menyebut kampanye "suhada Hizbollah" merupakan bentuk perang psikologis berdasarkan kebohongan. "Kebohongan demi kebohongan hingga orang-orang percaya," katanya.
Nasrallah menekankah bahwa Hizbollah akan melakukan apapun untuk melindungi desa-desa Lebanon wilayah al Qusair, Syria, yang dilakukan oleh pemberontak yang sebagian di antaranya berasal dari Lebanon sendiri.
"Apa yang telah dilakukan pemerintah Lebanon untuk melindungi warga Lebanon di desa-desa Al Qusayr, dan bisakah pemerintah Lebanon mengirimkan tentara untuk melindungi mereka? Yang bisa dilakukan pemerintah Lebanon adalah mengirim nota protes kepada Liga Arab. Lalu apakah mungkin kita mengajukan protes kepada orang-orang yang melakukan pembantaian?"
"Kami nyatakan dengan jelas bahwa kami tidak akan membiarkan warga Lebanon di Al-Qusayr menjadi korban serangan kelompok-kelompok bersenjata, dan kami akan melakukan apapun tindakan yang perlu untuk menjaga mereka," kata Nasrallah.
KOMPLEK MAKAM SAYIDA ZAINAB
Dalam kesempatan tersebut Nasrallah juga menyinggung tentang ancaman penghancuran kompleks pemakaman Sayida Zainab oleh pemberontak yang akan menyulut konflik sektarian lebih besar.
Sayida Zainab adalah cucu Rosulullah dan saudara perempuan Hasan dan Hussein bin Ali (semoga Allah melimpahkan kesejahteraan kepada mereka, kakek nenek mereka, ayah bunda mereka, saudara dan keturunan mereka) yang selamat dalam peristiwa pembantaian Hussein dan keluarga serta pendukung-pendukung setianya di Karbala. Ia meninggal sebagai tawanan regim Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan di Damaskus dan dimakamkan di luar kota Damaskus. Makamnya menjadi salah satu tempat yang paling dimuliakan oleh umat Shiah di seluruh dunia. Selama konflik para pemberontak telah berulangkali berusaha menghancurkan kompleks makam tersebut, sementara Hizbollah dan ribuan milisi Shiah dari berbagai negara terutama Irak dan Iran, menjaga makam tersebut. Namun sungguh ajaib bahwa tempat yang paling terancam itu saat ini justru menjadi tempat tujuan pengungsi dari seluruh negeri.
"Di kawasan Sayyeda Zainab dimana terdapat makam Sayyed Zainab (as), putri dari Imam Ali (as), terdapat beberapa kelompok pemberontak. Ini adalah masalah yang sangat sensitif, khususnya setelah para pemberontak menyatakan akan menghancurkan makam tersebut jika berhasil mendudukinya. Sebaliknya di sana juga terdapat para penjaga makam yang rela mati syahid untuk mempertahankannya. Sebenarnya para penjaga makam adalah orang-orang yang mencegah pertikaian sementara mereka yang hendak menghancurkannya adalah orang-orang yang ingin menyulutnya. Negara-negara pendukung mereka harus bertanggungjawab atas masalah ini jika penghancuran itu terjadi."
Dalam pidatonya tersebut Nasrallah juga mendesak pembebasan warga Shiah lebanon oleh para pemberontak yang disebutnya sebagai "bukan bagian dari konflik". Dan yang terakhir ia menyatakan tekadnya untuk tidak membawa konflik Syria merembet ke Lebanon.
"Kami mengetahui siapa saja (kelompok-kelompok dan tokoh politik Lebanon) yang terlibat dalam penyerbuan di Al Qusayr, namun kami tidak akan melakukan tindakan apapun kepada mereka demi menjauhkan Lebanon dari konflik."
REF:
"Sayyed Nasrallah: Syria’s Friends won’t Let It Fall in US, Israel, Takfiri Hands"; Sara Taha Moughnieh; almanar.com.lb; 30 April 2013
No comments:
Post a Comment