Thursday, 23 May 2013

KILAS BALIK GERAKAN REFORMASI

Kecurigaan saya terhadap peran Amien Rais dalam gerakan reformasi tahun 1997-1998 akhirnya terkonfirmasi sudah. Tidak main-main, melainkan oleh Adrian Napitupulu, tokoh gerakan mahasiswa saat itu yang mengetuai gerakan mahasiswa yang menamakan diri "Forkot". Dalam acara dialog "Apa Kabar Indonesia Pagi" di TVOne kemarin, Rabu (22/5), Adrian membuka gambaran besar gerakan reformasi dan kelanjutannya hingga saat ini.

"Keberhasilan gerakan reformasi bagi Pak Amin adalah beliau menjadi lebih mapan secara ekonomi dan rambut yang memutih. Namun bagi rakyat Indonesia, tidak ada perubahan!" kata Adrian kepada Amien Rais yang turut hadir dalam acara dialog yang disiarkan secara live tersebut.

Acara dialog tersebut seolah telah menjadi sidang pengadilan yang memalukan bagi peran Amien "Bapak Reformasi" Rais atas peran yang dimainkannya dalam gerakan reformasi. Adrian membuka fakta bahwa hampir selama 2 tahun gerakan reformasi, Amin Rais dan tokoh-tokoh elit reformasi lainnya baru menjadi sosok reformis selama 70 hari sejak bulan Maret hingga Mei 1998. Selebihnya Adrian menuduh Amien dan para elit politik kala itu hanyalah para opportunis yang bermain di 2 kaki. Sebagai buktinya Adrian membuka fakta bahwa Amien Rais tetap menjadi pendukung regim Orde Baru dengan memobilisasi massa Muhammadiyah yang kala itu dipimpin beliau.

Masih beruntung bagi Pak Amien bahwa Adrian tidak mempertanyakan apa yang dilakukan Pak Amien kala berada di Amerika pada bulan April 1998 (dalam rentang waktu 70 hari sebagaimana tersebut di atas. Kemungkinan adalah bertemu George Soros, bapak reformasi dan revolusi dunia).

Adrian patut marah kepada Pak Amien karena merasa bahwa perjuangan para mahasiswa yang tulus telah ditelikung oleh para politisi oportunis seperti Pak Amien. Adrian mencontohkan, akibat dukungan Pak Amien terhadap Pak Harto menjelang pemilu tahun 1997, Soeharto berani melakukan tindakan represif terhadap para mahasiswa.

Selain buka-bukaan tersebut Adrian juga memberikan "kuliah" nya kepada Amien Rais tentang gerakan reformasi yang seharusnya. Ia menganggap gerakan reformasi baru bisa dikatakan berhasil jika bisa mengungkap semua kejahatan di masa lalu, termasuk kasus penembakan mahasiswa. Lebih dari itu reformasi seharusnya bisa memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi rakyat. Sebaliknya, Adrian menuduh regim reformasi justru membuat Indonesia menjadi antek liberalisme.

"Kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh gerakan reformasi hanya sekedar ekses belaka. Esensinya kita telah gagal melakukan reformasi," kata Adrian menyanggah pendapat Amien Rais yang berpendapat reformasi telah berhasil menjalankan amanah rakyat.

"Siapa bilang reformasi kita lebih baik? Kantor saya ditutup tanpa alasan jelas dan sampai sekarang tidak boleh dibuka. Selain itu banyak teman-teman saya ditangkapi tanpa alasan jelas," tambah Adrian.

Ada banyak pertanyaan besar yang perlu diajukan kepada Pak Amien Rais. Di antaranya mengapa sekarang beliau diam membisu melihat kekuasaan asing semakin menjerat negeri ini? Mengapa beliau diam melihat Freeport tetap menggerogoti kekayaan Indonesia dan kini bahkan membunuhi pekerja kita yang tertimbun dalam tanah longsor? Mengapa beliau diam melihat Blok Cepu dijual murah oleh regim reformasi kepada Exxon? Bukankah dahulu beliau berteriak-teriak dari di kampus-kampus memprovokasi mahasiswa untuk turun ke jalan memprotes regim Orde Baru yang membiarkan kekayaan alam Indonesia dikeruk oleh asing?

Saya bukan pengagum Adrian Napitupulu dengan "Forkot"-nya yang saya pun yakin secara langsung ataupun tidak menerima gelontoran uang dari George Soros. Adrian saya yakini adalah tangan kanan kelompoknya Jendral Benny Moerdani yang kala itu bersaing ketat dengan kelompoknya Prabowo Subiyanto. Namun di mata saya Adrian telah membuka kedok gerakan reformasi yang sesungguhnya, termasuk peran "Bapak Reformasi" Amien Rais.

No comments: