Bagi yang mau berfikir bersih sejenak dengan membuang semua persepsi, pandangan, asumsi, dan anggapan, apa yang dilakukan para pemimpin Ikhwanul Muslimin adalah sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, khususnya Islam. Kedekatan mereka dengan orang-orang zionis yang masih menjajah rakyat Palestina adalah bukti nyata kemunafikan mereka. Dan kalaupun sesekali mereka melakukan sesuatu yang "seperti" bertentangan dengan zionis, itu hanyalah sandiwara belaka.
Contoh paling nyata adalah kecaman Tayyip Erdogan, tokoh Ikhwanul Muslimin yang menjadi perdana menteri Turki kepada Israel, yang menurutnya berada di belakang kudeta militer Mesir. Kecaman tersebut dikeluarkan Erdogan dalam satu wawancara televisi tgl 20 Agustus lalu.
Kecaman tersebut kontan membuat para pendukung Ikhwanul Muslimin membusungkan dada dan membanggakan Erdogan sebagai seorang muslim sejati yang "memusuhi Israel", tanpa peduli dengan fakta Erdogan masih mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel dan mempertahankan hukum larangan berjilbab di tempat-tempat publik. Padahal dalam kasus terakhir, jika Erdogan mau ia dengan mudah bisa menghapuskan hukum yang tidak saja bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, namun terlebih lagi sangat bertentangan dengan agama Islam. Erdogan dan partainya, Partai Keadilan yang merupakan partai politik bentukan Ikhwanul Muslimin Turki, tidak saja menguasai pemerintahan, namun juga parlemen. Selain itu jabatan kepala negara (presiden) juga dipegang oleh kader Ikhwanul Muslimin, yaitu Abdullah Gul.
Kembali kepada kecaman Erdogan terhadap Israel, ketika Israel dan Amerika bereaksi keras atas komentar Erdogan tentang kudeta Mesir itu, tiba-tiba saja Erdogan membantah telah mengeluarkan kecaman terhadap Israel. Menurutnya ia tidak bermaksud mengecam Israel, hanya mengecam "mentalitas yang menjadi dasar tindakan kudeta".
Lihatlah sikap "mencla-mencle" tersebut, yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang "munafik" dan orang-orang yang "sakit mental".
Namun contoh paling mencolok mata adalah kasus tragedi Mavi Marmara tahun 2010, ketika pasukan komando Israel menyerang kapal berbendera Turki di perairan internasional dan membunuh dengan keji 9 warga Turki di dalamnya. Perlu setahun lebih bagi Erdogan untuk bereaksi keras atas tragedi yang dalam standar hubungan internasional cukup untuk memicu terjadinya perang. Itupun setelah Israel dengan angkuh menolak untuk sekedar meminta ma'af.
Yang dilakukan Erdogan pun hanya sekedar tindakan "pencitraan", dengan menarik dubesnya di Israel dan menghentikan kerjasama pertahanan dan keamanan sementara hubungan ekonomi tetap berjalan biasa. Bahkan beberapa bulan kemudian secara diam-diam Erdogan memulihkan hubungan pertahanan dan keamanan kedua negara. Tidak ada aksi penculikan oleh inteligen Turki atas orang-orang Israel yang dianggap bertanggungjawab sebagaimana telah ditetapkan pengadilan Turki. Tidak ada juga "pesan politik" untuk sekedar menunjukkan bahwa Turki tidak bisa dilecehkan begitu saja oleh Israel, seperti "serangan teroris" di Israel oleh inteligen Turki, atau "pukulan-pukulan ringan" berupa tembakan 1 atau 2 roket ke wilayah Israel sebagaimana sering dilakukan Hizbollah.
Sikap munafik juga dilakukan para pemimpin Ikhwanul Muslimin Mesir. Setelah berpidato berapi-api menggelorakan semangat jihad kepada para pendukungnya untuk melawan tentara, mereka bersembunyi di rumah-rumah mereka yang nyaman ketika para pendukungnya dibantai oleh tentara di jalanan.
Lain lagi yang dilakukan para pemimpin Hamas Palestina (Hamas adalah kelompok yang didirikan oleh para pengikut Ikhwanul Muslimin Palestina). Bertahun-tahun mereka hidup di bawah perlindungan pemerintah Syria dan Iran setelah negara-negara Arab lainnya meninggalkan mereka karena takut pada ancaman Israel dan Amerika. Mereka bahkan mendirikan markas perjuangannya di Damaskus. Mereka makan minum dan tinggal nyaman dengan cuma-cuma di Damaskus. Sebagian gaji mereka dan juga gaji para anggota milisi mereka di lapangan, termasuk senjata yang mereka gunakan untuk melawan Israel, juga berasal dari Syria dan Iran. Namun ketika Syria diserang oleh zionis internasional, mereka menyelamatkan diri sendiri dan memindahkan "rumah" mereka ke Qatar yang terlibat aktif dalam penyerangan Syria. Tidak hanya itu, mereka bahkan berbalik memusuhi Syria dan mengirimkan milisi-milisi mereka untuk memerangi pemerintah Syria.
Tidak ada tindakan yang lebih hina dibandingkan pengkhianatan mereka atas Syria.
Media online independen Veterans Today awalnya bersimpati pada para pendukung Presiden Moersi yang merupakan tokoh Ikhwanul Muslimin. (Saya sempat ingin menulis fenomena "perbedaan" sikap politik media-media online independen atas konflik Mesir, utamanya antara Veterans Today dengan Voltairenet sebagai perbandingan perbedaan sikap politik negara-negara Islam atas konflik tersebut). Namun kini sepertinya Veterans Today telah berubah sikap, salah satunya setelah memposting artikel berjudul "Jewish side of Muslim Brotherhood" atau "Sisi Yahudi Ikhwanul Muslimin" yang ditulis kolumnisnya Dr. Ashraf Ezzat.
Melalui penyelidikannya yang mendalam atas berbagai aksi Ikwanul Muslimin Mesir, Dr. Ezzat menyimpulkan kelompok itu tidak berbeda jauh dengan gerakan zionis lainnya, meski awalnya organisasi ini didirikan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel. Penyelidikan yang dilakukannya termasuk propaganda perjuangan kelompok itu dengan membuat berbagai material seperti foto-foto dan video propaganda yang direkayasa dengan menggunakan aktor-aktor bayaran, meski sebagian ulama dan pengikut kelompok ini yang "shaleh" menganggap film maupun drama teater sebagai barang haram, apalagi film yang berisi kebohongan.
"Beberapa aktor Ikhwanul Muslimin memegang spanduk-spanduk yang bertuliskan “NO SCAF” … “Morcy is the president for 4 years” … “Morcy is the beloved president” … “we are against coup” … “we’re gonna protest till the return of our legitimate president Morsy”. Satu hal yang bisa diperhatikan adalah tulisan itu berbahasa Inggris dan saya bisa pastikan bahwa 90% dari aktor itu tidak bisa berbahasa Inggris. Propaganda Ikhwanul Muslimin itu sepenuhnya ditujukan kepada negara-negara barat. Mereka tahu bahwa untuk menduduki kepresidenan mereka didukung oleh Amerika, dan jika mereka menginginkan kekuasaan Moersi kembali, mereka harus mendapat dukungan Amerika dan sekutu-sekutunya."
Demikian tulis Dr. Ezzat dalam artikelnya.
Menurut Ezzat sebagian dari foto-foto dan video-video yang dirilis Ikhwanul Muslimin dibuat di studio yang pembuatannya melibatkan sekelompok aktor dan sutradara yang dibayar.
"Dalam satu sesi pemotretan, para aktor yang terdiri dari pria dan wanita, mereka bahkan membawa anak-anak kecil. Mereka beraksi seolah-oleh tengah diserang oleh polisi yang kejam dalam aksi heroik mereka membela Moersi," tambah Dr. Ezzat.
Menurut pengakuannya, Dr. Ezzat berhasil mendapatkan informasi-informasi menarik tersebut berkat bantuan pimpinan El Badil TV, Mohamed Anwar, yang terlibat aktif dalam pembuatan foto-foto dan video propaganda Ikhwanul Muslimin Mesir.
"Sesi pemotretan berlanjut dengan beberapa orang berpose seperti orang yang tengah terluka oleh tembakan peluru tajam dan yang lainnya oleh tembakan gas air mata.... sebagian dengan leher yang patah .... dan seorang wanita muda berwajah tanpa dosa yang berjilbab berdiri teguh dengan Al Qur'an di tangannya (kitab suci Islam yang mengajarkan larangan mencuri dan berbohong apalagi yang diatas namakan Tuhan). Namun adegan utamanya dimainkan oleh 2 wanita yang mengenakan niqab (busana muslimah panjang) hitam. Salah seorang di antaranya tergeletak dengan punggung di tanah, seperti baru tertembak. Ia dipegangi oleh wanita lainnya yang tangannya tampak berlumuran darah. Adegan itu ditambah dengan seorang laki-laki pengikut Ikwanul Muslimin yang berpakaian putih, mencoba memberikan pertolongan pertama yang ternyata gagal menyelamatkan wanita itu," tulis Dr. Ezzat lagi.
Aksi-aksi propaganda lainnya di antaranya adalah membawa mayat mayat-mayat anggota Ikhwanul Muslimin yang telah tewas ke lokasi demonstrasi beberapa saat sebelum penyerbuan polisi, dan membakarnya saat polisi dan tentara tiba sehingga menjadi alasan untuk menuduh polisi dan tentara telah bertindak keji.
"Pallywood" adalah terminologi yang diciptakan orang-orang zionis untuk semua bentuk propaganda yang dianggapnya anti-Israel, meski Israel adalah master segala bentuk propaganda. Dan apa yang dilakukan Ikhwanul Muslimin dengan segala propagandanya itu merupakan mentalitas para zionis. "Dengan tipu daya", demikian moto yang digunakan dinas inteligen Israel Mossad.
Ikhwan menggunakan teknik-teknik yang sama dengan yang digunakan zionis, termasuk propaganda pencitraan diri sebagai "korban penindasan". Ikhwanul Muslimin mencoba menyamakan penindasan Nazi Jerman dengan penindasan regim militer, aksi duduk di dalam kemah-kemah dengan kamp konsentrasi Jerman, dan mayat-mayat anggota Ikwanul Muslimin yang terbakar dengan mayat orang-orang yahudi yang dibakar di dalam tungku.
REF:
"The Jewish side of Muslim Brotherhood"; Dr. Ashraf Ezzat; Veterans Today, 24 Agustus 2013
2 comments:
setiap perjuangan sebenarnya rosullah punya para meter untuk ukuran standar kelembutan kemanusiaan yang amat di junjung tinggi nyawa manusia harganya mahal kecuali tukar dengan sistem islam hancur atau nyawa tahap pertama nabi kita diancam sayang nyawa atau harta rosullah pilih nyawa lebih baik meninggalkan harta hijrah ke madinah namun setelah di madinah perkembangan islam sudah sedemikian berkembangnya kutub mekah mulai gelisah tetap rasulullah menghadapi dgn lembut walau perjanjian hudaybiah secara kasat mata merugikan umat islam tetap rosulullah konsisten menerapkannya sedemikian rupa perundingan dengan kafirin dan musyrikin demi harga nyawa mahal dan perlu di hindari dari pertumpahan darah namun yang diinginkan kutub mekah menghancurkan sehancur hancurnya islam itu dan di lenyapkan dari muka bumi yang mereka inginkan bukan lain kalo ini harga nyawa jauh lebih murah dan ini tak bisa di hindarkan lagi mundur tetap habis dan masuk neraka maju menyongsong kemenangan tak akan ada harganya hidup sesaat ditukar kebahagiaan yang kekal sungguh itu yang di lakukan ayatullah khomeni hancur sistem islam yang di bangun berkat perjuangan dari fatimah dan ali dan ahlul bayt 1400 tahun yang lalu sungguh bukan waktu yang singkat setelah amanah di tangan dan perjuangan panjang nenek moyangnya ribuan tahun sudah berapa banyak korban sementara tiang pancang sudah di tegakkan panji panji sudah di kibarkan rakyat 98 persen mendukung sungguh murah nyawa mereka ingin menerapkan untuk rakyatnya kenapa harus di habisi di hancurkan sungguh biasanya munafikin dan dzolim akan di makan kafirin jahat .terbukti pada sadam dan khadafi cukup banyak ulama yang di tangkapi tampa pengadilan di culik dan hilang demi memuaskan amerika namun harus jadi tumbal dinasti abasyiah dzolim dan asobiyah mungkin kita yang menilai mereka membawa panji islam padahal sebenarnya mereka membawa panji panji arab dan kejam dan di habisi oleh kaum kafirin jahat mongolia itu sudah hukumnya dan sadam di perintah amerika menyerang kuwait toh ujungnya itu jadi alasan irak untuk dihancurkan begitulah
sekenario Allah setelah kutub mekah jatuh pelan pelan kekuasaan romawi lepas .itu pasti setelahgagal di syiria kutub mekah (saudi dan qatar atau yordania ) boleh jadi turky jadi tumbal sama seperti sadam dulu namun jatuh mungkin ekonominya porak poranda biasanya barang siapa yang menebar angin dia akan menuai badai wallahualam
Aq nanges pkirin dunia skrg
Post a Comment