Thursday, 11 April 2013

KERUNTUHAN DINASTI SAUDI (SEPERTINYA) TAK TERHINDARKAN

Semua faktor bagi terjadinya revolusi telah ada di Saudi Arabia. Maka apapun yang dilakukan pemerintah Saudi, termasuk tindakan-tindakan represif, tidak akan bisa menghentikan revolusi. Demikian dikatakan Direktur Institute for Persian Gulf Affairs (IGA) Ali al-Ahmed dalam wawancara dengan Press TV hari Selasa (9/4).

“Semua faktor bagi terjadinya revolusi dan aksi-aksi protes telah ada di Saudi Arabia. Maka tidak akan ada gunanya bagi pemerintah Saudi untuk menghentikan aksi-aksi protes," kata Ali al-Ahmed. “Kita akan menyaksikan sebuah gerakan nasional aksi-aksi protes di negeri itu, menurut saya, dalam waktu beberapa bulan atau minggu mendatang," tambahnya.

"Mereka (pemerintah Saudi) telah melakukan semuanya, membunuh, menangkapi ribuan orang dan semua cara yang mungkin, termasuk menerapkan taktik-taktik yang dilakukan NAZI dan regim-regim fascis di media massa, dan semuanya gagal. Kini saatnya melihat jam berdetak dan menyadari bahwa seluruh negeri kini telah bangkit melawan mereka (regim) dan bisanya orang-orang berteriak-teriak di jalanan mengecam mereka membuktikan bahwa mereka lebih lemah dari yang disangka orang. Jam terus bertetak," tambah Ali lagi.

Menurut Ahmed yang terjadi di Saudi saat ini bukan sekedar masalah pemerintahan tiran yang telah berkuasa selama 70 tahun. Juga bukan masalah sekedar masalah politik, melainkan masalah pengangguran dan kemiskinan yang tinggi, serta korupsi yang dilakukan keluarga penguasa.”

Ahmed menunjukkan taktik-taktik khusus yang dilakukan regim penguasa yang dimaksudkan untuk mengalihkan permasalahan, yaitu  berupa penciptaan cerita-cerita dan skenario yang diarahkan kepada negara lain sembari melakukan penumpasan aksi-aksi demonstrasi.

Selama beberapa terakhir pemerintah Saudi telah menyerang rumah-rumah dan kantor-kantor milik aktifis masyarakat di ibukota Riyadh, Mekkah, Jeddah dan kota-kota di Provinsi Timur. Dalam aksi-aksi tersebut mereka telah menangkapi sejumlah besar tokoh masyarakat, ulama, pelajar, akfitis sosial hingga para professional.

Pada tgl 1 Maret lalu aparat keamanan menangkap lebih dari 300 pendemo, termasuk 15 wanita, yang berkumpul di depan kantor biro keamanan dan investigasi menuntut pembebasan para tahanan politik.

Sejak Februari 2011, aksi-aksi demonstrasi telah dilakukan masyarakat terutama di wilayah Qatif dan kota Awamiyah di Provinsi Timur. Umumnya aksi-aksi tersebut dilakukan untuk menuntut pembebasan tawanan politik, menuntut kebebasan demokrasi dan penghentian tindakan-tindakan diskriminasi oleh negara.


HANCURKAN SKENARIO ZIONIS ATAS SYRIA

Aksi-aksi demonstrasi yang dibalas dengan tindakan keras oleh pemerintah Saudi akhir-akhir ini menjadi sangat menarik perhatian para analis politik mengingat besarnya peran Saudi dalam dinamika politik Timur Tengah beberapa tahun terakhir. Bertindak sebagai "agen kepentingan" Amerika dan zionis internasional, Saudi telah terlibat kuat dalam "revolusi Arab" di Libya, Mesir dan Syria. Begitu juga dalam dinamika politik di Lebanon, Saudi sangat kuat perannya terutama kareha hubungan khususnya dengan kelompok-kelompok politik Sunni seperti partai al Mustaqbal (Future Movement) yang dipimpin 2 orang mantan perdana menteri Fuad Siniora dan Saad Hariri. Tidak kurang dari koran The Washington Post beberapa waktu lalu telah mengupas kemungkinan terjadinya revolusi di Saudi.

Demikian juga dengan Dr. Webster Tarpley, seorang sejarahwan dan analis politik yang cukup disegani asal Amerika. Ia menyebutkan kemungkinan terjadinya revolusi di Saudi dan implikasinya yang akan menghancurkan skenario Amerika dan sekutu-sekutunya atas Syria.

"Jika Saudi Arabia mengalami revolusi, maka kita akan melihat para imperalis (Amerika cs) akan memindahkan assetnya demi mempertahankan regim di Riyadh,” kata Tarpley dalam wawancara dengan Press TV beberapa waktu lalu.

"Kerusuhan di Saudi tentu saja akan mengacaukan rencana NATO di Syria," tambahnya.

Menurut analisisnya, negara-negara Arab yang selama ini aktif menjadi pendukung pemberontakan di Syria seperti Saudi, Qatar dan Jordania, memiliki alasan kuat untuk mengalami revolusi. Dan jika hal ini terjadi maka akan terjadi putusnya jalur suplai bagi para pemberontak yang bisa berujung pada kekalahan pemberontak.



REF:
"All factors signal revolution in Saudi Arabia: Analyst"; Press TV; 19 Maret 2013
"Uprising against Saudi monarchy to ruin NATO’s Syria plans: Tarpley"; Press TV; 8 Agustus 2012

No comments: