Enam tahun yang lalu, tepatnya bulan Mei 2007, satu armada besar AL Amerika terdiri dari 2 kapal induk, 1 kapal angkut helikopter serbu dan 5 kapal perang pengiring, berangkat untuk menjalankan misi besar menyerang Iran. Ini adalah kesempatan terakhir bagi sekelompok pejabat Amerika pro-Israel yang disebut kelompok neo-konservatif yang dipimpin wapres Dick Cheney, memanfaatkan ke-idiotan Presiden Geroge W. Bush untuk menyerang Iran, musuh terbesar Israel.
Apa yang mereka lakukan tentu saja adalah tindakan ilegal karena setiap peperangan harus mendapat persetujuan Congress. Namun kesempatan tidak akan datang 2 kali dan mereka harus memanfaatkannya sebaik-baiknya, karena presiden mendatang tidak bisa dipastikan sikap politiknya. Soal persetujuan Congress, biasanya bisa diselesaikan kemudian.
Konsekuensi perang terhadap Iran sangatlah besar. Para analis politik dan militer percaya, sekali terpicu perang terhadap Iran dengan tujuan menghentikan program nuklir Iran, maka kekuatan senjata nuklir tidak akan terhindarkan untuk digunakan. Angkatan perang Iran terlalu kuat untuk dikalahkan Amerika dan Israel dengan senjata konvensional bahkan seandainya semua sekutu mereka turut menyerang. Apalagi jika Rusia dan Cina yang merasa terancam kepentingan strategisnya, turut terseret dalam peperangan dengan membela Iran.
Beruntung ada seorang wanita yang menjabat sebagai penasihat politik AL Amerika di markas Armada V di Bahrain yang menggagalkan rencana tersebut dengan membocorkan rencana tersebut kepada pejabat kementrian luar negeri Amerika. Maka rencana pendaratan marinir di pantai Iran pun berubah menjadi sekedar pamer kekuatan ketika kapal-kapal perang itu melintasi Selat Hormuz pada tgl 23 Mei 2007.
Sang wanita itu adalah Gwenyth Todd. Tahun lalu Washington Post menulis artikel menarik tentang peran Todd dalam peristiwa tersebut serta akibat yang diterimanya. Kemudian pada bulan Februari lalu televisi Iran, Press TV, juga memuat wawancara eksklusif dengannya. Apa yang ia alami lebih mirip cerita dalam film fiksi Hollywood daripada kenyataan.
Todd berasal dari kelas menengah atas Amerika. Ayahnya adalah seorang diplomat dan kakeknya asisten menteri luar negeri pada masa Presiden Kennedy. Ia sendiri lulusan terbaik University of California at Berkeley untuk studi Timur Tengah dan Timur Dekat yang mengantarnya menjadi staff di Departemen Pertahanan Amerika. Setelah menerima penghargaan sebagai pegawai terbaik, ia diangkat menjadi penasihat politik untuk Armada V Amerika yang bermarkas di Bahrain.
Pada saat yang sama AL Amerika memiliki Vice Admiral Kevin J. Cosgriff, perwira tinggi berbintang tiga yang mengkomandoi satu gugus tempur laut. Dalam beberapa rapat staff Cosgriff mengungkapkan rencananya mengirimkan 2 kapal induk, 1 kapal angkut helikopter serbu dan lima kapal perang melintasi Selat Hormuz dengan tanpa pemberitahuan kepada Iran dan negara-negara sekitarnya.
Admiral (Purn) David C. Nichols, wakil komandan pasukan Amerika di kawasan Timur Tengah (CENTCOM, yang membawahi juga komando Armada V), dalam satu wawancara dengan media tahun lalu mengakui bahwa komandan CENTCOM yang merupakan atasan Cosgriff, yaitu Admiral William J. Fallon, menginginkan dilakukannya latihan tempur di wilayah yang diklaim Iran. Tampak bahwa Fallon satu kubu dengan Cosgriff. Namun tampaknya bukan hanya mereka berdua yang terlibat dalam "plot" konspirasi memicu perang terhadap Iran. Sumber-sumber yang ditemui Washington Post menyebutkan mereka berdua tidak akan berani mengajukan "pilihan" perang kecuali ada atasan yang lebih tinggi yang mendukungnya yang tidak lain adalah Wapres Dick Cheney dan kelompok neo-konservatifnya.
Sebaliknya terdapat pula kelompok lain yang menentang rencana tersebut yang menganggap perang melawan Iran hanya menimbulkan bencana bagi manusia termasuk rakyat Amerika sendiri. Kelompok itu di antaranya adalah pendahulu Cosgriff di CENTCOM yang dirahasiakan namanya. Ia-lah yang telah memerintahkan Todd untuk membocorkan rencana berbahaya tersebut. Mengikuti saran tersebut, Todd memberitahukan rencana tersebut ke pejabat Departemen Luar Negeri yang akhirnya melakukan tindakan cepat untuk mencegah insiden berbahaya dengan memberitahukan rencana kedatangan kapal-kapal perang Amerika kepada Iran dan negara-negara sekitar.
Namun akhir yang baik itu tidak berlaku bagi Todd. Tiba-tiba saja FBI mendatanginya untuk meminta keterangan tentang hubungannya dengan kekasihnya, Robert Cabelly. Tidak lama kemudian FBI pun menyita komputernya. Selanjutnya Cosgriff mengirimnya ke satu misi yang mencurigakannya sebagai misi jebakan baginya meski ia tetap menjalaninya hingga selesai. Namun ketika hendak kembali ke kantornya, ia mendapatkan dirinya telah diblokir untuk bisa masuk ke kantornya. Ia hanya bisa menitipkan laporan kepada penjaga. Namun ketika keesokan harinya ia datang kembali ke kantor, kartu identitasnya tetap diblokir dan dan seorang rekannya mengatakan kepadanya bahwa "bagian front office kecewa kepadanya".
Kemudian Todd berusaha menelpon langsung Cosgriff, namun sekretarisnya memberitahu bahwa Cosgriff hanya mau berbicara langsung. Saat itu ia mulai merasa ketakutan. Ia telah melaksanakan misi dan telah memberikan laporan, namun justru masalah demi masalah yang ia terima. Berikutnya ia mendapati akses terhadap komputernya telah ditolak dan ia diharuskan menyerahkan kartu identitasnya.
Selanjutnya adalah ia dipecat dari pekerjaannya dengan alasan “tidak melaporkan beberapa kontak asing", "penggunaan keuangan yang tidak transparan" serta "membocorkan laporan rahasia kepada orang yang tidak berhak". Selain itu sebuah percobaan pembunuhan juga menimpanya di Bahrain. Untuk menghindari keadaan semakin memburuk, dengan dibantu seorang perwira AL Australia yang kemudian menjadi suaminya, Todd melarikan diri ke Australia. Namun hal itu juga bukan jaminan baginya. Suatu saat seorang agen FBI berusaha menculiknya untuk dibawa ke Amerika. Hingga sekarang Todd belum berani menginjakkan kakinya di negaranya sendiri. Ia masih menjadi sasaran utama pembunuhan karena kesaksiannya bisa menjerat orang-orang penting Amerika masuk penjara.
Yang bisa kita ambil pelajaran dari rangkaian peristiwa tersebut adalah kenyataan bahwa suatu peristiwa besar seperti perang, bisa direkayasa oleh sekelompok manusia "korup gila" yang ditunggangi kepentingan tertentu.
Yang menarik dari wawancara Todd dengan Press TV bulan Februari lalu adalah pernyataannya bahwa Iran adalah musuh utama Israel dan Israel selalu bisa mendiktekan kemauannya kepada semua pejabat Amerika untuk memusuhi Iran. Ketika Presiden Bill Clinton berusaha menjalin hubungan lebih dekat dengan Iran, kelompok-kelompok pro-Israel di Amerika melancarkan konspirasi untuk mencegah rencana Clinton tersebut dengan menjeratnya dalam kasus skandal seks dengan Monica Lewinsky. Monica adalah orang yahudi agen Israel.
REF:
"War with Iran: The Hidden Story the US Navy Does Not Want You to Know About"; Dan Lesser; policymic.com; Oktober 2012 dalam thetruthseeker.co.uk; 9 April 2013
No comments:
Post a Comment