(UMAT KRISTEN MERASA TERTINDAS DI NEGERI SENDIRI)
Pada saat pengaruh yahudi makin kuat di bidang politik dan pemerintahan Inggris dengan lebih dari 80% anggota parlemen dari partai pemerintah membentuk "kaukasus pro-Israel", orang-orang Kristen kini justru menjadi "orang-orang yang tertindas". Puncak dari rasa frustasi orang-orang Kristen tersebut terjadi saat mantan Archbishop of Canterbury menuduh PM David Cameron telah mengkhianati umat Kristen.
Dalam artikel yang ditulis di harian Daily Mail bertepatan dengan Hari Paskah tersebut Lord George Carey menyebutkan bahwa PM David Cameron bersama jajaran kabinetnya telah melakukan diskriminasi terhadap umat Kristen. Salah satu bentuk diskriminasi tersebut adalah upaya pemerintah melegalisir pernikahan sejenis. Lord George Carey menuduh Cameron telah melangkah paling jauh dalam membuat umat Kristen merasa cemas dibandingkan para pemimpin politik lainnya.
Kegalauan Lord George Carey yang berujung pada kecaman terhadap Cameron tersebut tidak bisa dipisahkan dari hasil "pooling" yang diadakan menjelang Paskah yang menyebutkan bahwa lebih dari 2/3 umat Kristen kini merasa sebagai kelompok orang-orang yang tertindas.
Menurut penelitian tersebut para gerejawan merasa kebebasan beragama telah mendapatkan tekanan kuat dari para pendukung sekularisme. Menurut penelitian beberapa peraturan undang-undang telah membuat warga Kristen merasa termarginalisasi, seperti misalnya larangan mengenakan simbol salib dalam pekerjaan serta larangan mengadakan doa bersama secara Kristen sebelum rapat. George Carey juga mengecam langkah pemerintah mendukung kampanye yang dilakukan anggota parlemen Chris Bryant untuk mengubah kapel St Mary Undercroft milik parlemen yang sudah berumur 700 tahun menjadi tempat berdoa'a bagi semua kalangan sehingga pasangan homosektual bisa melakukan pernikahan di sana.
Lebih jauh ia mengecam kemunafikan vulgar Cameron saat meminta para pemimpin agama untuk "berdiri melawan sekularisme".
"Pada resepsi menjelang Paskah di Downing Street (kantor perdana menteri) ia mengatakan bahwa ia mendukung hak-hak umat Kristen untuk melakukan ibadah. Namun banyak orang Kriten meragukan kejujurannya."
Menurut penelitian dari ComRes Poll terdapat banyak kemarahan di kalangan umat Kristen atas legalisasi pernikahan sejenis yang dilakukan pemerintah meski dalam undang-undang yang sama disebutkan adanya perlindungan terhadap Gereja Inggris. Menurut penelitian tersebut sekitar 58% umat Kristen yang mendukung Partai Konservatif (partai pemerintah) dalam pemilu tahun 2010 telah memutuskan untuk menarik dukungannya pada pemilu tahun 2015. Penelitian juga menunjukkan bahwa sekitar 67% warga Kristen merasa sebagai golongan yang tertindas.
Selama bertahun-tahun telah terjadi peningkatan jumlah warga negara non-Kristen di Inggris yang signifikan. Jika tren-nya tetap, pada tahun 2030 Inggris tidak akan lagi menjadi negara Kristen, saat jumlah orang-orang non-Kristen lebih besar dari pengikut Kristen. Selama 6 tahun terakhir jumlah penganut Islam telah naik 37% menjadi 2,6 juta orang, Hindu naik 43% dan Budha naik hingga 74%. Pada saat yang sama pengikut Kriten justru merosot sebanyak 4 juta orang.
Saat ini pengikut Kristen berjumlah 59.3% atau sekitar 34 juta orang. Padahal sepuluh tahun lalu pengikut Kristen di Inggris mencapai 72%.
Menanggapi kecaman tersebut kantor perdana menteri Inggris membantahnya. "Pemerintah mendukung penuh semua keyakinan terutama Kristen, termasuk mendukung hak-hak masyarakat untuk mengenakan salib saat bekerja dan mengadakan do'a bersama secara Kristen. Agama Kristen memiliki peran yang sangat vital bagi bangsa Inggris," kata jubir perdana menteri.
REF:
"Cameron accused of betraying Christians: Astonishing Easter attack on the PM by former Archbishop of Canterbury"; James Chapman; Daily Mail; 30 Maret 2013
No comments:
Post a Comment