Erdogan tengah menghadapi salah satu masa tersulit selama kepemimpinannya setelah percobaan kudeta kelompok militer beberapa waktu lalu. Pada hari Juma't (31/5) dan Sabtu (1/6) ribuan demonstran memadati jalanan ibukota dan beberapa kota lainnya menentang pemerintahannya, menimbulkan kerusuhan hebat terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Awalnya aksi demonstrasi berjalan tenang dengan ribuan demonstrasi melakukan aksi duduk di Lapangan Taksim, Istambul. Namun kerusuhan terjadi setelah polisi berusaha membubarkan mereka dengan menembakkan gas air mata dan meriam air hingga melukai sebagian demonstan. Aksi brutal polisi tersebut selanjutnya memicu kerusuhan lebih luas hingga ke beberapa kota besar lainnya seperti Ankara dan Izmir.
Pecahan gelas dan batu bertebaran di sekitar Lapangan Taksim yang berada di pusat kota. Anak-anak sekolah berlarian menghindari asap gas air mata yang ditembakkan polisi, sementara para turis yang hendak berbelanja terpaksa kembali ke hotel tempatnya menginap.
Aksi demonstrasi tersebut mencerminkan ketidak puasan rakyat Turki terhadap gaya kepemimpinan PM Recep Tayyep Erdogan dengan partai "Islamis" AKP yang dipimpinnya. Sebelum kerusuhan terakhir ini pada tgl 1 Mei lalu juga terjadi kerusuhan saat para buruh memperingati "May Day". Selanjutnya demonstrasi menentang Erdogan juga terjadi menyusul terjadinya serangan teroris yang menewaskan 47 orang di perbatasan Syria beberapa waktu lalu. Para demonstran menuduh pemboman tersebut akibat sikap politik Erdogan yang mencampuri urusan Syria.
"Kami tidak mempunyai pemerintah, kami hanya mempunyai Tayyip Erdogan.... Bahkan para pendukung AKP mengatakan mereka telah kehilangan akal, mereka tidak mau mendengarkan kita," kata Koray Caliskan, seorang akademisi Bosphorus University yang turut serta dalam aksi demonstrasi hari Jumat (31/5).
Aksi protes terpicu hari Senin (27/5) ketika para pekerja menumbangkan pepohonan di Taksim Gezi Park, memulai proyek pembangunan kawasan tersebut menjadi pusat perbelanjaan megah. Namun aksi protes berubah menjadi aksi menentang pemerintahan Erdogan dan beberapa ratus demonstran mengadakan aksi duduk dengan mendirikan kemah-kemah di sekitar lokasi pembangunan.
"Ini bukan lagi tentang pohon-pohon yang tumbang, melainkan tentang penindasan yang dilakukan pemerintah. Kami telah muak, kami tidak suka dengan arah yang dituju oleh negara ini," kata Mert Burge, pelajar 18 tahun yang bergabung dengan demonstran setelah mendengar kabar melalui jejaring sosial tentang aksi brutal polisi.
“Kami akan tinggal disini malam ini dan tidur di jalanan jika perlu," tambahya.
Sementara itu ribuan demonstran di lapangan pusat ibukota Ankara meneriakkan tuntutan terhadap Erdogan untuk mundur setelah sebelumnya polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan puluhan demonstran yang berusaha memasuki kantor pusat partai AKP.
AKSI BRUTAL POLISI DAN KETIDAK PUASAN PUBLIK
Seorang warga Turki keturunan Palestina mengalami luka kritis setelah tertimpa tabung gas air mata yang ditembakkan polisi. Sebanyak 12 orang mengalami luka-luka termasuk seorang anggota parlemen dari partai Kurdi serta seorang fotograper kantor berita Inggris "Reuters". Selain itu ratusan demonstrasi juga mengalami gangguan pernafasan akibat menghirup asap gas air mata. Beberapa demonstran lainnya mengalami luka-luka tertimpa tembok yang runtuh yang dipanjat para demonstran saat menghindari gas air mata polisi.
Amnesti Internasional mengecam aksi brutal polisi yang disebutnya sebagai "penggunaan kekuatan yang berlebihan". Ria Oomen-Ruijten, anggota pengawas parlemen Eropa untuk Turki juga menyatakan penyesalannya atas aksi brutal polisi. Menanggapi kecaman-kecaman tersebut mendagri Muammer Guler berjanji akan mengadakan penyidikan.
Erdogan berhasil membawa Turki ke masa kegemilangan ekonomi yang membuat pendapatan per-kapita rakyat Turki melonjak hingga 300%. Sejauh ini ia masih dianggap oleh sebagian rakyat Turki sebagai pemimpin paling populer. Namun di sisi lain ia juga mengundang banyak kontroversi. "Islamisasi" yang dilakukannya, meski hanya sekedar "kulit luar", mengundang kebencian orang-orang liberal dan sekuler. Selain rencana kudeta kalangan militer beberapa tahun lalu, larangan orang berciuman di tempat umum yang dikeluarkan Erdogan baru-baru ini juga mengundang kemarahan kalangan muda liberal dan sekuler.
Kebijakan tangan besinya telah mengantar puluhan orang dipenjara dengan tuduhan percobaan kudeta. Mereka tidak hanya berasal dari kalangan militer, namun juga profesional, birokrat, pengusaha dan akademisi dan jurnalis. Erdogan juga tidak menyembunyikan ambisinya untuk menduduki jabatan presiden setelah jabatan perdana menterinya berakhir tahun depan.
"Kami tidak akan pernah tunduk kepadamu (Erdogan)," bunyi salah satu banner yang dibentangkan para demonstran di Gezi Park bersama gambar kartun Erdogan mengenakan turban.
Jejaring sosial Twitter dan Facebook juga berperan kuat dalam penggalangan demonstrasi dengan salah satu akunnya berjudul “Occupy Gezi”. Aksi-aksi demonstrasi susulan yang diorganisir para aktifis jejaring sosial dikabarkan akan digelar di kota-kota Ankara, Izmir, Adana dan Bursa. Salah satu aksi yang akan digelar di Istanbul dan Ankara adalah aksi ciuman massal, sebagai bentuk protes atas penangkapan sepasang remaja oleh petugas keamanan kereta api bawah tanah seminggu lalu.
Untuk mengabadikan legasinya, Erdogan merancang beberapa proyek megah termasuk terusan raksasa, masjid agung serta bandara internasional baru di Istanbul yang diklaim bakal menjadi salah satu bandara termegah di dunia.
Berpidato beberapa mil dari Gezi Park pada hari Rabu (29/5) dalam peresmian proyek pembangunan jembatan ketiga yang melintasi Selat Besporus, Erdogan menyerukan rencananya merombak kawasan Lapangan Taksim. Rencana ini ditantang oleh para arsitek, aktifis partai oposisi, akademis, dan perancang kota karena dianggap akan menghilangkan salah satu ruang hijau Istanbul.
REF:
"Turkish police fire tear gas in worst protests for years"; Ayla Jean Yackley; Reuters; 31 Mei 2013
No comments:
Post a Comment