Berbulan-bulan menjadi aktor utama ketidakstabilan sosial dan politik di kota Sidon khususnya dan seluruh Lebanon umumnya, ulama wahabi-salafi garis keras, Ahmad Al Assir, berakhir nasibnya menjadi buronan. Tidak lama setelah tentara berhasil memporak-porandakan markas besarnya di Masjid Bilal Sidon dan membunuh serta menangkapi para pendukungnya, pengadilan Lebanon mengeluarkan perintah penangkapan terhadap dirinya. Kini ia menjadi buronan paling dicari di Lebanon.
"Beberapa orang menyebut ia menyamar sebagai wanita dan bersembunyi di Tripoli (Lebanon Utara, Sidon di Lebanon Selatan). Sumber-sumber lain menyebut ia telah menyelinap ke Syria," kata sumber militer Lebanon kepada kantor berita Perancis AFP, Selasa (25/6).
Ini adalah akhir yang buruk bagi seorang "ulama" yang dipuja-puji ribuan pendukungnya dan dilindungi oleh beberapa politisi Lebanon dan para pemimpin Arab. Ketika pertempuran al Qusayr tengah berkecamuk, Al Assir membuat berita heboh dengan mempublikasikan keterlibatannya langsung di medan perang melawan tentara Syria yang didukung Hizbollah, meski kemudian terbukti ia tidak cukup berani untuk berhadapan muka dengan Hizbollah. Ia pun lari dari medan perang setelah melihat para pemberontak Syria kocar-kacir meninggalkan mayat-mayat anak buahnya, sebagaimana ia meninggalkan mayat-mayat pendukungnya di Sidon. Meski setiap hari pekerjaannya adalah memprovokasi para pendukungnya untuk "mati syahid" di medan perang Syria, ia sendiri ternyata takut mati.
Militer Lebanon menyebut telah menangkap sejumlah besar pengikut al Assir setelah berhasil menguasai kompleks Masjid Bilal yang dijadikan sebagai markas gerakan Al Assir. Di dalam kompleks tersebut ditemukan sejumlah besar perlengkapan militer termasuk berkilo-kilo bahan peledak. Militer juga meledakkan sejumlah ranjau dan bom jalanan yang dipasang pendukung al Assir di kompleks tersebut.
Sejauh ini belum ada informasi resmi tentang jumlah korban yang tewas dalam insiden di Sidon tersebut. Namun berbagai sumber menyatakan sebanyak 17 tentara dan lusinan pendukung al Assir tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Pada hari Selasa (25/6) untuk pertama kalinya setelah berbulan-bulan dilanda aksi-aksi kekerasan antara pendukung Al Assir dan masyarakat Sidon yang anti terhadapnya, kota Sidon tampak tenang. Padahal selama 2 hari terakhir, hari Minggu (23/6) dan Senin (24/6) Sidon menjadi medan perang antara tentara melawan para pendukung al Assir. Pertempuran terjadi setelah pada hari Minggu para pendukung Al Assir melakukan serangan tiba-tiba terhadap pos militer yang berada tidak jauh dari Masjid Bilal dan menewaskan 15 personil militer yang memancing tindakan balasan dari militer.
Tidak lama setelah militer berhasil menguasai keadaan, panglima tentara Lebanon Jendral Jean Qahwaji melakukan inspeksi di Sidon dan kemudian meninggalkan Sidon dengan tanpa memberikan keterangan apapun.
DUKUNGAN UNTUK MILITER
Selain dukungan dari para pemimpin dan rakyat Lebanon terhadap langkah tentara terhadap Ahmad Al Assir dan pendukung-pendukungnya, dukungan juga ditunjukkan oleh organisasi bangsa-bangsa Arab, Liga Arab. Sekjen Liga Arab, Nabil Al-Arabi dalam pernyataan resminya hari Senin mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan Al Assir dan menyerukan rakyat Lebanon untuk menjauhi perpecahan. Nabil menyebut aksi yang dilakukan Al Assir sebagai "membahayakan" dan berhadap aparat keamanan Lebanon bisa menangkapnya dan membawanya ke pengadilan.
“Dukungan terhadap tentara akan membantunya melaksanakan tugas negara, mengingat bahwa tentara merupakan simbol dari persatuan Lebanon, keamanan dan kestabilan," kata Arabi.
Namun paling menarik tentunya adalah pernyataan Hizbollah, kelompok yang terus-menerus menjadi sasaran "serangan" Al Assir dan para pendukungnya selain tentara. Selama ini, jika militer selalu membalas setiap aksi provokasi terhadapnya dengan tindakan tegas, termasuk menembak mati seorang ulama pendukung Al Assir, Hizbollah terkesan berusaha menghindari konflik bersenjata. Bahkan ketika para pendukung Al Assir berusaha menduduki sebuah kompleks apartemen milik Hizbollah di Sidon serta ketika para pendukung Al Assir melakukan aksi blokade jalan raya seraya mengajukan tuntutan perlucutan senjata Hizbollah.
Terkait insiden kekerasan antara militer dengan kelompok Al Assir, Hizbollah mengecam aksi para pendukung Al Assir dan menyebutnya sebagai "aksi kejahatan yang mengerikan".
"Kejahatan ini ditujukan terhadap institusi utama Lebanon yang menjaga keamanan, stabilitas dan melindungi seluruh warga Lebanon," demikian bunyi pernyataan resmi Hizobollah.
Hizbollah menyatakan solidaritas penuh terhadap Tentara Lebanon dan menganggap aksi-aksi provokasi terhadap tentara merupakan tindakan yang sangat berbahaya karena menimbulkan dampak terhadap wibawa negara dan keamanan nasional.
"Seluruh rakyat Lebanon dari berbagai posisi, tanggungjawab dan afiliasi yang berbeda-beda, harus mendukung dan mengekspresikan solidaritasnya terhadap tentara."
REF:
"Arab League Warns of Severity of Targeting Lebanese Army"; almanar.com.lb; 25 Juni 2013
"Baabda Meeting: Full Support for Army to Restore Stability, Detain Militants"; almanar.com.lb; 24 Juni 2013
"Hezbollah Condemns Assir’s Crimes, Expresses Solidarity with Army"; almanar.com.lb; 24 Juni 2013
No comments:
Post a Comment