Gambar: Erdogan (kanan) dan Fethullah Gulen.
Faktor penting lainnya yang menjadi penyebab terjadinya aksi-aksi demonstrasi menuntut pengunduran diri Erdogan adalah aksi represif regim Tayyep Erdogan terhadap para jurnalis dan aktifis HAM. Turki merupakan negara terbesar dalam hal pemenjaraan para jurnalis. Ratusan jurnalis kini mendekam dalam penjara dan ribuan lainnya harus menghadapi ancaman penangkapan aparat keamanan dengan berbagai tuduhan termasuk "mendukung terorisme" dan tuduhan-tuduhan lainnya yang tidak jelas.
Setiap aktifitas jurnalisme yang mengkritisi kinerja pemerintah, terlebih lagi skandal para pejabat pemerintah, akan menghadapi tindakan represif aparat keamanan. Sejumlah besar jurnalis harus kehilangan pekerjaannya akibat tekanan pemerintah pada surat-surat kabar kritis. Salah seorang jurnalis Turki terkenal, Ertugrul Mavioglu, pernah berkata: "Anda boleh menulis apapun, namun dengan ancaman pemecatan, denda, penangkapan atau bahkan lebih buruk lagi."
Nafsu berkuasa Erdogan yang tidak terkendali juga membuatnya menjadi mata gelap saat melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji tidak saja pada rakyat Turki sendiri maupun pada rakyat Syria. Meski mengklaim apa yang dilakukannya di Syria adalah untuk melindungi rakyat Syria, maksud sebenarnya atas Syria tidak lagi menjadi rahasia. Turki adalah salah satu pemain utama dari konspirasi jahat zionis internasional atas bangsa Syria.
Turki telah menjadi pendukung utama pemberontakan Syria dengan menyediakan kamp-kamp latihan militer, basis dukungan logistik, serta jalur keluar masuk pemberontak teroris Syria. Lebih jauh Turki bahkan menjadi tuan rumah bagi kelompok-kelompok pemberontak serta pertemuan-pertemuan internasional pendukung pemberontak.
Sikap Turki atas Syria ini telah mendapat respons negatif dari sebagian besar rakyat Turki. Menurut sebuah jajak pendapat sebanyak 70,8 % menganggap sikap Erdogan atas Syria adalah keliru.
SIAPA FETHULLAH GULEN?
Sekarang kita membahas tentang orang yang harus dihadapi Erdogan saat segalanya menjadi sulit bagi dirinya saat ini, yaitu Fethullah Gulen.
Menurut keterangan di situs resminya, ia adalah seorang "cendekiawan muslim Turki terkemuka, pemikir, penulis, penyair, pemimpin opini publik, dan aktifis pendidikan yang mendukung dialog antar-keyakinan, ilmu pengetahuan, demokrasi dan spiritual serta penentang kekerasan dan upaya menjadikan agama sebagai idiologi politik."
Situs tersebut menambahkan bahwa, "menurut berbagai perkiraan, beberapa ratus organisasi pendidikan seperti sekolah-sekolah, universitas dan sekolah bahasa terbentuk dalam satu dunia yang terinspirasi oleh Fethullah Gülen.” Situs tersebut juga menyebutkan bahwa Gulen adalah "cendekiawan muslim pertama yang mengutuk serangan WTC 9/11.”
Fakta yang sebenarnya bisa lebih hebat dari itu semua. Gulen merupakan tokoh bisnis terkemuka di Turki bahkan dunia. Terdapat jutaan pengikut Gulen di Turki. Wakil perdana menteri yang kini berseberangan dengan Erdogan menyebut Gulen sebagai "inspirator bagi 70 juta penduduk Turki".
Berbagai analisis telah mencoba mengestimasi kekuatan keuangan yang eksis di berbagai belahan dunia. Di Amerika sendiri kekayaan Gulen diperkirakan berkisar antara $20 juta hingga $50 juta. Sebagian kekayaan itu adalah rumah pribadi yang kini ditinggalinya di Poconos, Pennsylvania. Di negeri yang kini ditinggalinya itu Gulen dikenal sebagai aktifis pendidikan.
Sejarah hidup Gulen tidak terlepas dari gerakan Nurcu yang lahir dan berkembang di Turki. Said Nursi (1878–1960), pendiri gerakan ini adalah seorang Muslim Sunni Muslim dengan akar tradisi sufi yang kuat. Ia menjadi tokoh agama berpengaruh pada masa-masa akhir Kekhalifahan Ottoman dan masa-masa awal terbentuknya Republik Turki. Buku yang ditulisnya, "Risale-i Nur", mendapat sambutan luas masyarakat Turki dan menjadi sumber inspirasi pengikut Nursi. Pelarangan buku ini oleh regim sekuler justru membuat buku ini semakin populer. Para pengikut Nursi mengklaim buku tersebut merupakan saripati dari Al Qur'an, meski banyak juga orang yang menganggapnya bid'ah atau menyimpang dari ajaran agama. Gerakan Gulen merupakan turunan dari gerakan Nurcu.
Gulen yang lahir tahun 1941 bisa dibayangkan sebagai seorang "tokoh spiritual" semacam pendiri dan pemilik ESQ Ary Ginanjar atau ustad Yusuf Mansyur di Indonesia, yang memiliki jutaan pengikut setia. Dengan kecerdasannya Gulen memanfaatkan potensi pengikut-pengikutnya untuk membangun kekuatan bisnis dan politik dengan memanfaatkan 3 pilar: para pebisnis, jurnalis dan guru. Pilar pertama yang disebut sebagai "para borjuis Anatolia" menyediakan dukungan finansial bagi gerakan Gulen untuk membangun sekolah-sekolah dan universitas, rumah-rumah susun, tempat-tempat perkemahan dan yayasan-yayasan sosial di seluruh dunia.
Pilar kedua, jurnalis memberikan kekuatan melalui pembentukan opini publik. Mereka menjalankan harian terbesar Turki Zaman dan edisi bahasa Inggrisnya, Today’s Zaman, beberapa stasiun televisi, kantor berita "Cihan"; TV kabel, dan beberapa media berita online. Dan terakhir para guru menjalankan sekolah-sekolah dan universitas.
Saat pengaruhnya semakin membesar, seperti biasa kekuatan yang lebih besar, zionis internasional, pun mendekatinya. Sebagaimana slogan yang diucapkan para pendiri gerakan komunis Rusia: "untuk menguasai, jadilah pemimpin". Dalam hal ini zionis internasional menjadi pemimpin dan gerakan Gulen menjadi operatornya. Ia adalah sebagaimana para pengikut okultisme freemason, dan memang ia adalah pengikut freemason, yang menyusup untuk merebut kekuasaan.
Pada tahun 1999 satu video "khotbah" rahasia yang diberikan kepada pengikut-pengikut terdekatnya, bocor ke publik. Dalam video tersebut ia mengatakan:
"Kita harus masuk ke pembuluh darah dari sistem tanpa dicurigai hingga kita meraih pusat-pusat kekuasaan..... Sampai kondisinya matang, para pengikut harus bertindak seperti ini. Jika mereka bertindak terlalu cepat, dunia akan menghancurkan kita, umat muslim akan menderita dimana-mana seperti yang terjadi di Aljazair (pembreidelan partai Islamis FIS), di Syria tahun 1982 (pemberontakan Ikhwanul Muslimin yang gagal), seperti tragedi yang berulangkali terjadi di Mesir. Saatnya belum tepat sekarang. Kita harus bersabar hingga semuanya telah siap dan kondisi telah matang, hingga kita bisa menggendong seluruh dunia. Kita harus menunggu hingga saat dimana kita telah menguasai seluruh kekuatan negara, hingga kita bisa merangkul semua kekuatan institusi-institusi konstitusi di Turki. Kini saya telah mengungkapkan pemikiran-pemikiran saya kepada Anda dengan rahasia. Jagalah kesetian dan kerahasiaan. Saya tahu setelah Anda keluar dari tempat ini, buanglah semua pikiran dan perasaan yang baru saja saya sampaikan."
(BERSAMBUNG)
REF:
"Is Erdogan’s political honeymoon nearing its end?"; Anthony Mathew Jacob; Press TV; 9 Juni 2013
"Who Is Fethullah Gulen?"; Claire Berlinski; City Journal
"Et tu, Gul? Then fall, Erdogan"; M K Bhadrakumar; Asia Times; 5 Juni 2013
1 comment:
apalgi di indonesia
Post a Comment