Saturday, 15 June 2013

AMERIKA KUDETA QATAR (KARENA SYRIA)?

Media-media massa dunia baru-baru ini mengabarkan rencana suksesi kepemimpinan di Qatar dimana Emir Hamad bin Khalifa al-Thani akan segera menyerahkan kekuasaan pada putra mahkotanya karena alasan "kesehatan". Berbagai rumor pun segera beredar tentang alasan sebenarnya suksesi tersebut mengingat Emir Hamad tidak tampak mengalami masalah kesehatan serius selain peran penting yang telah dan tengah dilakukannya dalam berbagai konflik di kawasan Timur Tengah, termasuk konflik Syria saat ini.

Melanjutkan isu-isu tersebut, media Lebanon Assafir hari Kamis lalu (13/6) melaporkan bahwa keputusan suksesi tersebut ditentukan oleh Amerika.

“Keputusan itu dilakukan oleh Amerika, ini hal terpentingnya, dan Emir mendapat informasinya melalui seorang utusan militer yang menduduki jabatan penting dalam dinas inteligen Amerika CIA,” tulis harian Assafir.

Menurut laporan tersebut keputusan diambil setelah Gedung Putih mengumpulkan semua informasi dari berbagai aparatnya tentang aktifitas yang telah dilakukan Emir dan perdana menterinya. Menurut laporan Assafir Emir dan sang perdana menteri dianggap Amerika telah "melanggar garis merah" dalam masalah konflik di Syria. Qatar dipandang telah lepas kendali dalam memberikan dukungannya pada para pemberontak terutama kelompok-kelompok teroris yang dikhawatirkan bakal menimbulkan kesulitan bagi kepentingan Amerika di masa depan.

Assafir menyebutkan detil keputusan yang diberikan Amerika terhadap Emir Hamad tersebut:

"Anda memiliki satu pilihan jelas, kami akan membekukan uang Anda di seluruh dunia, atau Anda menyerahkan posisi Anda kepada salah seorang putra Anda yang kami tentukan untuk menggantikan Anda."

Ketika Emir mencoba mendiskusikan hal itu, sang utusan menjawab:

"Saya tidak berwenang melakukan negosiasi dengan Anda, saya hanya datang untuk menginformasikan keputusan kami."

Sumber-sumber yang berhasil diperoleh menyebutkan bahwa selain sang Emir, Amerika juga menuntut agar perdana menteri sekaligus menlu Sheikh Hamad bin Jassim, turut mundur dari kursinya. Selain itu Amerika juga meminta Qatar untuk menunda seluruh investasi di luar negeri kecuali yang telah disetujui Amerika.

“Setiap keputusan terkait berbagai hal yang dihadapi Qatar adalah keputusan Washington,” kata seorang sumber dari kalangan diplomat yang tidak disebutkan namanya sebagaimana dikutip Assafir.

Pada tgl 11 Juni lalu Assafir melaporkan bahwa proses pengalihan kekuasaan akan dilakukan antara akhir bulan Juni ini hingga awal Agustus mendatang dimana Emir Hamad bin Khalifa akan menyerahkan kekuasaannya kepada putra mahkota Pangeran Tamim. Menurut sumber-sumber diplomatik suksesi tersebut juga mendapat dukungan negara-negara barat dan Arab lain.

Kantor berita Inggris Reuters menyebutkan ada 2 skenario yang menjadi alternatif suksesi. Pertama Pangeran Tamim akan merangkap jabatan perdana menteri, sedang alternatif kedua jabatan tersebut akan dipegang oleh Ahmad Mahmoud yang saat ini menduduki jabatan deputi perdana menteri.

Pangeran Tamim yang kini berusia 33 tahun merupakan putra kedua sang Emir dan putra pertama dari istri keduanya Mozah Bint al-Masnad. Media Inggris The Daily Telegraph melaporkan hari Senin (10/6) bahwa Pangeran Tamim adalah simpatisan gerakan Ikhwanul Muslimin. Posisi strategi sebagai calon pengganti Emir telah dibaca publik saat dirinya diangkap menjadi menteri pertahaan.


Katak Sombong yang Ingin Menjadi Lembu

Pada bulan April lalu media "online" Islam Times menurunkan satu artikel menarik tentang Qatar dengan judul "Qatar, Katak Sombong yang Ingin Menjadi Lembu". Berikut adalah copas-an dari artikel tersebut.

***

Qatar, Katak Sombong yang Ingin Menjadi Lembu

Bagi Christian Chesnot, Qatar tak lebih dari seekor katak bodoh dan terlalu pongah untuk membesarkan diri dan ingin menjadi lembu. Tindakan campur tangan Qatar di wilayah dan internasional menurutnya sedang mencoba meledakkan dirinya sendiri.

Kerajaan diktator Qatar, sebuah kerajaan kecil di Teluk Persia memutuskan untuk memainkan peran di kancah internasional, suatu hal yang justru menciptakan banyak kesulitan bagi dirinya sendiri.

Media Belgia "La Libre" dalam laporannya hari Ahad, 14/04/13, menyoroti upaya Qatar untuk memperluas pengaruhnya di kawasan dan dunia. Menurut "Christian Chesnot, wartawan investigasi dan co-penulis buku berjudul: "Qatar: Les secrets du coffre-fort", dalam bukunya itu dia menulis bahwa Qatar tak jauh beda dengan katak sombong yang ingin menjadi lembu.

Bagi Christian Chesnot, Qatar tak lebih dari seekor katak bodoh dan terlalu pongah untuk membesarkan diri dan ingin menjadi lembu. Tindakan campur tangan Qatar di wilayah dan internasional menurutnya sedang mencoba meledakkan dirinya sendiri.

Dalam dongeng Aesop, Katak sombong sangat iri dengan tubuh besar sang lembu yang bertubuh gagah dan kuat. Kemudian dia ingin tubuhnya juga sebesar lembu. Lalu katak lupa bersyukur dengan apa yang sudah Tuhan karuniakan padanya. Akhirnya tubuh katak meledak dan mati dalam ketidakpuasan dirinya sendiri.

"Hamad bin Khalifa al Thani, Emir Qatar, ingin bermain game bahkan dengan musuh siapapun, dan kita melihat itu dilakukan Qatar dalam mendukung dan mendanai ekstrimis di Mali, namun pada saat yang sama di mengumumkan dukungannya terhadap operasi Perancis di sana. Dan di sisi lain, Qatar adalah sekutu penting Amerika Serikat dan mempunyai hubungan dengan Taliban, " tulis Chesnot.

"Dalam rangka untuk menunjukkan kalau dirinya besar, Hamad al Thani menjalin kerjasama dengan semua pihak, karena itu dia mendukung Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Tunisia, dan menjadikan Doha sebagai kota penting bagi kelompok oposisi Suriah," tambahnya.

Sementara itu menurut, Nabeel Nasri, analis politik Perancis dan penulis dari Enigma of Qatar mengatakan, "Qatar menerapkan kebijakan untuk memperpanjang kerusuhan dan dominasi dirinya.

"Qatar membantu mengacaukan negara-negara lain dikawasan -seperti yang terjadi di Libya dan Mesir- , dan kemudian berusaha mengontrol panggung politik, mencampuri urusan internal negara-negara lain dengan menyediakan sumber daya keuangan dan finansial lainnya."

Bagi Nasri, dukungan Qatar kepada kelompok pemberontak Suriah hanya untuk melancarkan rencana jahat Qatar untuk mengekspor gas alam ke negara-negara Eropa melalui pipa yang melintasi wilayah Suriah dan mencapai Laut Mediterania.

"Cadangan gas alam yang baru ditemukan di Suriah dan Libanon telah memikat Emir Qatar," tambahnya. [IT/On]

REF:
"Sheikh Hamad’s Stepping Down is U.S. Decision"; almanar.com; 13 Juni 2013
"Qatar, Katak Sombong yang Ingin Menjadi Lembu"; Islam Times; 14 April 2013

No comments: