Tadi malam (Senin, 25/6) di layar televisi saya melihat film yang sangat menarik berjudul "Rules of Engagement" yang dibintangi beberapa aktor top Hollywood seperti Samuel Jackson, Tommy Lee Jones dan Ben Kingsley (peraih Oscar dalam film "Gandhi").
Menarik bagi saya karena dalam film tersebut ditunjukkan tiga tokoh yang mewakili 3 etnis pembentuk jatidiri bangsa Amerika yaitu kulit putih, kulit hitam dan yahudi (meski tidak disebutkan dalam narasi film, hanya berdasarkan cici-ciri fisik semata). Tokoh kulit putih dimainkan oleh Samuel Jackson, yahudi oleh Ben Kingsley, dan kulit putihnya oleh seorang aktor yang tidak begitu saya kenal yang memainkan tokoh seorang jaksa militer. Tommy Lee Jones meski secara etnis mungkin seorang kulit putih, namun bagi saya lebih tampak sebagai seorang yahudi dengan hidungnya yang besar dan melengkung sebagaimana Ben Kingsley.
Awalnya saya menyangka Ben Kingsley akan memainkan peran protagonis sebagimana film-film Hollywood yang biasanya "menjilat pantat yahudi". Namun ternyata film tersebut memainkannya sebagai peran antagonis, yaitu seorang duta besar yang "pengecut", "egois", "a-nasionalis" "opportunis" dan "khianat". Inilah nilai lebih film ini yang membuat saya tertarik, yaitu berani menempatkan seorang yahudi dengan kharakter dasarnya yang serba negatif.
Film ini bercerita tentang satu regu pasukan marinir Amerika yang ditugaskan untuk mengevakuasi duta besar Amerika di Sana'a, Yaman, yang kantornya diserbu oleh para demonstran anti-Amerika. Namun upaya penyelamatan tersebut berakhir dengan tragis setelah komandan pasukan marinir tersebut memerintahkan anak buahnya menembaki para demonstran hingga mengakibatkan 90 demonstran, sebagiannya wanita dan anak-anak, tewas serta puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Dianggap melanggar aturan, sang komandan marinir berpangkat Kolonel pun (diperankan oleh Samuel Jackson) harus menjalani sidang disiplin militer, yang secara kalkulatif bakal menjebloskan sang komandan ke balik jeruji. Diperlihatkan bagaimana seluruh sistem kekuasaan di Amerika telah sepakat untuk menjadikan sang Kolonel sebagai kambing hitam demi menyelamatkan reputasi Amerika. Di antara upaya pengkambinghitaman tersebut adalah menyembunyikan rekaman CCTV yang bisa menguak kebenaran peristiwa tersebut.
Ada perbedaan pendapat dalam persidangan tentang bentuk aksi unjuk rasa yang terjadi di kedubes Amerika di Sana'a. Sang Kolonel berkukuh bahwa para demonstran, termasuk wanita dan anak-anaknya, membawa senjata dan melakukan penyerangan yang mengakibatkan tewasnya beberapa personil marinir. Sementara saksi-saksi yang dihadirkan semuanya menyatakan tidak melihat secara langsung apakah pelaku penembakan yang menewaskan personil marinir adalah para demonstran, atau para penembak jitu yang bersembunyi di atap-atap gedung.
Akhirul cerita, pembela terdakwa yang dimainkan Tommy Lee Jones berhasil membuktikan bahwa sang Kolonel lah yang benar dan dibebaskan. Buntut dari persidangan ini sang duta besar dipecat dari jabatan diplomatnya bersama Penasihat Keamanan Nasional yang diduga menyembunyikan rekaman CCTV.
2 orang yahudi digambarkan menjadi pecundang (sang duta besar dan Penasihat Keamanan Nasional yang setidaknya sejak era perang melawan terorisme selalu dijabat oleh seorang zionis), dan itulah "kemenangan" dalam film tersebut. Namun bagi umat Islam, lagi-lagi harus menjadi pecundang, karena film ini, lagi-lagi menggambarkan umat Islam sebagai para teroris.
No comments:
Post a Comment