Wednesday 5 June 2013

RUSIA KIRIM KAPAL INDUK KE SYRIA

Rusia benar-benar serius membela sekutu strategis satu-satunya di kawasan Laut Tengah, Syria dengan terus memberi signal kepada Amerika Cs. untuk tidak turut campur dalam konflik Syria. Setelah berkomitmen mengirimkan rudal-rudal canggih ke Syria dan mengaktifkan kembali armada Laut Tengah (Mediterania), Rusia kini memutuskan untuk mengirimkan satu-satunya kapal induk yang dimilikinya ke Laut Tengah.

Menurut kantor berita Rusia Interfax baru-baru ini, kapal induk Rusia  “Admiral Kuznetsov” akan melakukan sejumlah misi di kawasan Laut Tengah sebagai bagian dari armada Laut Tengah yang baru diaktifkan kembali. Sebelumnya "Admiral Kuznetsov" bertugas dalam kesatuan Armada Utara yang beroperasi di Laut Baltik.

“Para pilot dari Armada Utara akan melaksanakan sejumlah misi di atas kapal ini dan misi jarak jauhnya," kata kastaf AL Rusia Admiral Viktor Chirkov kepada Interfax.

"Admiral Kuznetsov" dilengkapi dengan sejumlah pesawat dan helikopter tempur dan pengangkut, rudal-rudal, sistem anti-kapal selam dan sistem pertahanan udara. Kapal ini akan diawaki oleh sekitar 2.000 pelaut.

Meski memberikan signal yang sangat tegas tentang sikap Rusia dalam konflik Syria, Admiral Chirkov berusaha untuk tidak membesar-besarkan implikasi keberadaan kapal induk tersebut di Laut Tengah.

"Bagaimana pun kapal-kapal dari Armada Utara, Laut Hitam, Laut Baltik juga berpartisipasi dalam gugus tugas (Laut Tengah) ini. Jadi apa masalahnya?" katanya.

Paska runtuhnya Uni Sovyet saat ini Rusia hanya memiliki satu pangkalan laut di Laut Tengah, yaitu di Tartus, Syria. Keberadaannya menjadi simbol dekatnya hubungan antara Syria dengan Rusia selain menjadi simbol masih adanya pengaruh Rusia di Timur Tengah. Tidak heran jika Rusia sangat serius mempertahankan regim Syria. Pada bulan November lalu kapal-kapal perang dari Armada Laut Hitam Rusia bergerak ke Laut Tengah merespons perkembangan serangan Israel atas Gaza. Pada saat yang hampir sama Amerika juga meningkatkan jumlah kekuatan lautnya di Laut Tengah.

Pada bulan Mei satu kelompok kapal perang dari Armada Pasifik Rusia untuk pertama kalinya tiba di Laut Tengah sebagai bagian dari rencana pengaktifan kembali Armada Laut Tengah Rusia yang dibubarkan paska runtuhnya Uni Sovyet.

Sejauh ini Rusia telah banyak membantu persenjataan Syria selama konflik yang telah berjalan selama 2 tahun lebih, termasuk meriam, granat, sukucadang tank, jet-jet tempur, rudal anti kapal dan rudal pertahanan udara. Selain itu banyak terdapat personil militer Rusia yang bertindak sebagai penasihat militer. Akhir-akhir ini muncul rumor tentang senjata "pengubah permainan" rudal-rudal S-300 yang dikirimkan Rusia ke Syria setelah terjadinya serangan udara Israel atas Syria. Meski masih menjadi keraguan tentang kebenaran keberadaan senjata tersebut, Presiden Bashar al Assad telah memastikan bahwa Syria telah memiliki senjata tersebut dan akan menerima pengiriman-pengiriman rudal sejenis selanjutnya.


SALING ANCAM BARAT-RUSIA

Sementara itu seiring dengan perkembangan pertempuran di al Qusayr yang tidak menguntungkan pemberontak, Amerika dan sekutu-sekutunya berusaha meningkatkan wacana intervensi militer terhadap Syria dengan berbagai pernyataan yang menyudutkan pemerintah Syria.

Dalam wawancara dengan televisi Perancis Channel 2 menlu Laurent Fabius mengulangi ancaman intervensi militer dengan menyebutkan bahwa "semua pilihan masih berada di atas meja". Pernyataan ini sejalan dengan pernyataan jubir kepresidenan Amerika Jay Carney, pada konperensi pers hari Selasa (4/6) yang mendesak pemerintah Syria untuk menghentikan serangan terhadap al Qusayr.

"Kami sangat konsern dengan pertempuran yang berlangsung di Qusayr," kata Carney seraya menyebutkan bahwa situasi di Qusayr telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang sangat mengkhawatirkan.

Di sisi lain dua negara utama Eropa Inggris dan Perancis kembali menuduh regim Syria telah menggunakan senjata kimia yang dilarang, meski pemerintah Syria telah berulangkali pula membantah tuduhan tersebut. Sebalinya pemerintah Syria justru balik menuduh pemberontak sebagai pengguna senjata kimia.

Sebaliknya Presiden Rusia Vladimir Putin mengingatkan bahwa setiap intervensi terhadap Syria akan mengalami kegagalan dan hanya membuat situasi semakin memburuk. Pernyataan tersebut dikeluarkan dalam konperensi pers pertemuan puncak bersama para pemimpin Uni Eropa di Yekaterinburg, Selasa (4/6).

"Kami menekankan sekali lagi bahwa setiap upaya untuk mempengaruhi situasi melalui kekerasan dan intervensi militer langsung akan mengalami kegagalan," kata Putin. Putin juga mengkritik Uni Eropa karena mencabut embargo senjata kepada para pemberontak. Selain itu Putin juga membela keputusannya mengirimkan senjata S-300 ke Syria dengan menyebut bahwa hal itu tidak bertentangan dengan peraturan internasional.

"Itu mungkin adalah senjata terbaik di dunia. Benar-benar senjata yang serius. Kami tidak ingin keseimbangan kekuatan tidak terjaga," kata Putin.



REF:
"Russia Is Upping The Ante By Sending Its Only Aircraft Carrier To The Mediterranean"; Geoffrey Ingersoll and Michael Kelley, Business Insider; 2 Juni 2013
"US and its Western allies threatens of military action against Syria"; Press TV; 5 Juni 2013
"Putin warns against foreign military intervention in Syria"; Press TV; 5 Juni 2013

No comments: