Monday 3 June 2013

MAGNA CARTA PUN DIMANIPULASI "KEKUATAN YAHUDI"

Tidak ada satu dokumen pun, di luar kitab suci, yang dianggap lebih tinggi nilainya dibandingkan "Magna Carta". Dokumen ini dianggap sebagai dasar dari semua hukum di dunia yang mengatur hak-hak asasi manusia. Dan kini dunia, khususnya negara-negara berbahasa dan berbudaya Inggris, Eropa dan Amerika, tengah bersiap-siap menyambut ulang tahun ke 800 disyahkannya undang-undang "Magna Carta" oleh Raja John pada tahun 1215.

HUT itu sendiri sebenarnya masih 18 bulan lagi. Namun berbagai acara telah dirancang untuk menyambutnya. Di Inggris BBC akan menayangkan beberapa film dokumenter, drama hingga program-program radio khusus tentang "Magna Carta". Bahkan sebuah opera dan pagelaran simponi akan digelar untuk itu. Selain itu otoritas Inggris juga akan menerbitkan uang koin khusus.

Di Amerika para pengacara ternama dan para pakar hukum tata negara akan menggelar berbagai seminar, kuliah umum, pameran dll. di berbagai kota besar seperti Boston, Washington dan Philadelphia. Sebanyak 800 ahli hukum Amerika juga telah merencanakan untuk mengadakan napak tilas ke Runnymede di tepian sungai Thames, Inggris, dimana dokumen asli "Magna Carta" kini tersimpan.

Namun di luar segala penghargaan yang diberikan kepada "Magna Carta", ada satu hal sangat kontroversial yang tidak pernah lagi disinggung-singgung orang. Hal itu adalah hilangnya 2 pasal asli "Magna Carta", yaitu pasal 10 dan pasal 11. Kedua pasal ini tidak ada pada kopian "Magna Carta" yang dipublikasikan oleh situs resmi "Magna Carta Trust" atau pada "US National Archive". Alih-alih keduanya hanya menampilkan "Magna Carta" versi amandemen tahun 1297 yang lebih ringkas.

Kedua pasal tersebut berbunyi:

10. If one who has borrowed from the Jews any sum, great or small, die before that loan be repaid, the debt shall not bear interest while the heir is under age, of whomsoever he may hold; and if the debt fall into our hands, we will not take anything except the principal sum contained in the bond.

11. And if anyone die indebted to the Jews, his wife shall have her dower and pay nothing of that debt; and if any children of the deceased are left under age, necessaries shall be provided for them in keeping with the holding of the deceased; and out of the residue the debt shall be paid, reserving, however, service due to feudal lords; in like manner let it be done touching debts due to others than Jews.


Kedua pasal tersebut sengaja dibuat untuk melindungi janda-janda dan anak-anak kecil dari jeratan beban hutang yang ditinggalkan suami atau orang tua mereka kepada para "lintah darat" satu-satunya di dunia saat itu, yaitu orang-orang yahudi.

Dan mengapa hal itu bisa terjadi? Tidak lain karena "kekuatan yahudi" benar-benar telah mencengkeram segala sendi kehidupan, terutama di negara-negara barat.

Mari kita lihat keanggotaan Dewan Penasihat "Magna Carta Trust" yang 1/4 di antaranya adalah orang yahudi:

* Stephen Breyer (Hakim Agung Amerika)
* John Bercow (Ketua Majelis Rendah Inggris)
* David W. Rivkin (Sekjen International Bar Association dan anggota komisi ekonomi kepresidenan Amerika)
* Stephen Zack (Mantan Ketua American Bar Association dan Ketua ABA’s Magna Carta Committee) 
* David Rubenstein (pengusaha kaya dan filanthropis, pemilik Carlyle Group)

Sebagaimana undang-undang lain, "Magna Carta" pun mengalami beberapa kali amandemen, tahun 1216, 1217, 1225 dan terakhir tahun 1297. Lalu mengapa pada amandemen terakhir tidak disebutkan sama sekali kata "yahudi". Tidak lain karena pada tahun 1290 Raja Inggris Edward Longshanks telah mengeluarkan perintah pengusiran semua orang yahudi dari tanah Inggris.

Pengusiran tersebut disebabkan karena praktik lintah darat yang dilakukan oleh orang-orang yahudi (agama Kristen menolak keras praktik tersebut), namun pemicunya adalah praktik pembunuhan ritual yang sering dilakukan orang-orang yahudi pada hari-hari besar mereka.


PENGUSIRAN YAHUDI DARI INGGRIS

Peristiwa pembunuhan ritual pertama yang tercatat di Inggris (di luar yang tidak tercatat) terjadi tahun 1144. Setelah kasus itu peristiwa demi peristiwa terus terjadi hingga pada tahun 1290 Raja Edward Longshanks mengusir seluruh orang yahudi dari daratan Inggris karena masalah ini. Salah satu peristiwa pembunuhan ritual yang paling terkenal adalah pembunuhan Little St. Hugh di Lincoln tahun 1255. Semua peristiwa ini tercatat dengan baik dalam arsip-arsip pengadilan Inggris.

Berikut ini adalah 3 kasus di antara puluhan kasus pembunuhan ritual lain yang terkenal di Inggris.

Kasus pertama terjadi tahun 1144 di Norwich pada saat perayaan hari raya yahudi Passover, seorang bocah laki-laki berumur 12 tahun tewas disalib dengan luka tombakan di pinggangnya. Mayatnya ditemukan terbungkus karung tergantung di atas pohon dengan kepala di bawah. Seorang yahudi yang pindah agama ke Kristen bernama Theobald dari Cambridge, memberikan kesaksian bahwa orang-orang yahudi biasa mengambil darah anak-anak Kristen pada tiap hari raya yahudi. Mereka percaya bahwa hanya dengan cara seperti itu orang-orang yahudi akan meraih impiannya untuk kembali ke Palestina sebagai bangsa merdeka. Theobald juga mengakui bahwa biasanya orang-orang yahudi mengadakan undian untuk menentukan di kota mana darah tersebut didapatkan. Menurut informasinya, tahun sebelumnya undian jatuh di kota Narbonne dan untuk tahun 1144 giliran Norwich. Korban dikenal sebagai anak santun dan sejak tewas terbunuh ia mendapat gelar sebagai St. Wiliam. Namun kepala polisi setempat yang kemungkinan telah disuap, menolak memeriksa orang-orang yahudi.

Kasus kedua terjadi tahun 1255 di Lincoln. Seorang anak bernama Hugh diculik dan kemudian disalib oleh sekelompok warga yahudi sebagai ekspresi kebencian mereka pada agama Kristen. Seorang yahudi bernama Joppin atau Copinus, setelah mendapat jaminan pengampunan jika memberikan pengakuan, akhirnya mengaku sebagai salah satu pelaku pembunuhan.

“Demi pengorbanan anak itu (Hugh) hampir semua komunitas yahudi di Inggris mengirimkan wakilnya untuk memberikan bantuan," kata  Copinus dalam pengakuannya.

Akhirnya sebanyak 91 orang warga yahudi ditangkap dan 18 di antaranya dijatuhi hukuman gantung. Saking menghebohkannya kasus ini hingga Raja Henry III pribadi memerintahkan penyidikan mendalam atas kasus ini. Untuk menunjukkan kegeramannya, raja bahkan memerintahkan agar Copinus turut dihukum gantung.

Kasus ini banyak mendapatkan perhatian para sejarahwan Inggris, di antaranya Hyamson, sejarahwan yahudi yang menulis buku "History of the Jews in England". Ia mendedikasikan satu bab penuh dalam bukunya itu untuk kasus ini dengan judul "Little St. Hugh of Lincoln", menunjukkan pentingnya masalah pembunuhan ritual yahudi dalam sejarah Inggris, meski dengan perspektif pembelaan terhadap orang-orang yahudi.

Kasus ketiga adalah pembunuhan ritual terhadap seorang anak laki-laki di Oxford, tahun 1290, oleh yahudi bernama Isaac de Pulet. Setelah terungkapnya kasus ini Raja Edward Longshanks mengeluarkan dekrit pengusiran terhadap seluruh orang yahudi dari tanah Inggris.



REF:
"Magna Carta Anniversary Will be Missing Two Paragraphs"; Francis Carr Begbie; thetruthseeker.co.uk; 27 Mei 2013
“Jewish Ritual Murder”; Arnold Leese; peper online; www.churchoftrueisrael.com/streicher/jrm

No comments: